Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Presiden Jusuf Kalla berniat mengoptimalkan upaya untuk mengurangi kejahatan di tanah air demi perbaikan tata kelola hukum dan menghindari konflik sosial.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi kerusuhan yang terjadi di Lembaga Permasyarakatan Banceuy, Bandung, Sabtu(23/4/2016).
“Hal terpenting adalah bagaimana mengurangi kejahatan, sehingga makin berkurang orang masuk penjara,”ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Senin(25/4/2016) sore.
Menurut dia, kapasitas penghuni lembaga permasyarakatan (Lapas) yang berlebih seringkali menimbulkan persoalan. Selain itu, sistem pengamananpun minim karena jumlah personil kemanan yang kurang memadai.
Kedua kendala itu harus terus diperbaiki, namun hal yang jauh lebih penting adalah mengurangi tindak kejahatan itu sendiri agar tercipta ketertiban nasional.
Menurut pemberitaan sebelumnya, kerugian akibat penyerangan dan pembakaran di Lapas Banceuy, Jalan Soekarno-Hatta Bandung, diperkirakan mencapai Rp6 miliar.
"Kerugiannya sekitar dari Rp6 miliar akibat kerusuhan," kata Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly dalam konferensi pers di Kementerian Hukum dan Hak Aasasi Manusia, Jakarta, Minggu (24/4/2016).
Seperti telah diberitakan sebelumnya, narapidana Lapas Banceuy mengamuk akibat kabar simpang siur mengenai kematian satu narapidana bernama Undang Kosim pada Sabtu (23/4/2016).
Petugas mengklaim Undang ditemukan tewas gantung diri di sel isolasi menggunakan tali celana. Sementara narapidana lain meyakini Undang tewas akibat penyiksaan yang dilakukan petugas tahanan.
Satu hari sebelum kerusuhan, Undang Kosim diinterogasi terkait narkoba dalam razia yang dilakukan petugas. Kabar simpang siur atas kematian Undang menyebabkan kerusuhan meletus pada Sabtu (23/4/2016) pagi.
Petugas diserang menggunakan balok dan batu. Para napi kemudian menjebol pintu dan membakar gedung lapas dan mobil di sekitar lokasi kejadian.