Kabar24.com, JAKARTA – Riset yang digelar lembaga independen Provetic tentang perilaku belanja konsumen menunjukkan para generasi milenial cenderung memiliki perilaku menabung untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Generasi milenial yakni yang lahir dalam kurun tahun 1980-2000.
CEO Provetic Iwan Setyawan mengatakan bagi generasi millenial, menabung tidak hanya untuk tujuan finansial yang besar seperti membeli rumah atau ibadah umroh. “Tetapi juga untuk pembelanjaan yang bersifat konsumtif, seperti beli tiket konser musik atau untuk keperluan wisata,” kata dia, Minggu (6/3).
Dalam riset berbasis media sosial selama 1 Desember 2015 – 31 Januari 2016, ditemukan sebanyak 41% dari 7.809 perbincangan mengenai alasan utama menabung demi keperluan konsumtif tersebut.
Temukan lainnya, 38% dari 7,757 responden masih menggunakan uang dari ibu atau orang tua mereka dalam melakukan metode pembayaran, selain penggunaan kartu debit yang populer.
“Menggunakan uang orang tua adalah jalan pintas bagi generasi milenial ketika berhadapan dengan masalah keuangan. Hal ini mengejutkan dan kita dapat melihat bahwa generasi millenial masih kurang menganggap penting manfaat perencanaan keuangan bagi masa depan mereka,” jelas Iwan.
Hal senada disampaikan oleh hasil survei online yang digelar Facebook dan Crowd DNA terhadap 1.000 responden berusia 13-24 tahun. Sebanyak 79% responden memikirkan mengenai pentingnya menabung, tetapi hanya 62% yang benar-benar sudah merencanakan masa depan mereka secara detil.
Yoris Sebastian, pemasar kreatif dari OMG Consulting mengatakan generasi milenial saat ini lebih pragmatis dan ingin segala sesuatu yang serba instan. Hal ini berbeda dengan perilaku generasi sebelumnya terkait keuangan yang lebih menghargai proses.
Demand yang tercipta dari generasi millennial memacu kemajuan teknologi dengan makin bertumbuhnya berbagai macam aplikasi yang memungkinkan generasi milenial untuk berbelanja dengan mudah dan cepat.
“Hal ini membuat tumbuh suburnya aplikasi mobile shopping baik dalam bentuk market place seperti tokopedia, bukalapak, elevenia maupun online retail shopping seperti Lazada dan Zalora,” kata dia.
Yoris menuturkan, karakter generasi milenial yang serba konsumtif dan kurang memiliki perencanaan keuangan yang baik tentunya harus diberikan solusi, terutama melalui kemajuan teknologi. Hal ini juga penting untuk mendorong produktivitas dan peningkatan daya beli.
“Hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua pemangku kepentingan, baik pelaku industri keuangan maupun non-keuangan untuk menciptakan satu ekosistem yang dapat membantu generasi millenial untuk mengatur keuangannya secara tepat, cepat, mudah dan aman.”