Bisnis.com, DAMASKUS - Rakyat di Damaskus, yang merasa kecil hati akibat kegagalan pembicaraan terdahulu untuk mengakhiri krisis, kini pesimistis dengan pembicaraan yang berlangsung di Jenewa, dan mengatakan pembicaraan tulus mestinya diadakan di Suriah.
Muhammad Al-masri --yang bekerja di pemerintah-- mengatakan kepada Xinhua, "Pembicaraan tersebut tampaknya telah gagal sejak dari awal, sebab negara yang menghadiri konferensi itu tidak memiliki pandangan yang sama." Ia merujuk kepada tak-adanya koordinasi di kalangan negara adi daya mengenai penyelesaian bagi krisis Suriah.
"Saya percaya penyelesaian hanya mesti muncul dari orang Suriah, tanpa melibatkan campur tangan orang asing," tambahnya.
Ia menyalurkan kekhawatiran rakyat Suriah kepada masyarakat internasional, yang tampaknya tak mampu mencapai akhir politik bagi krisis Suriah.
Masing-masing negara besar mendukung satu kelompok tertentu untuk memperoleh keuntungan politik di Suriah, dengan kepentingan strategis regionalnya.
Sampai menit terakhir, Komite Perunding Tinggi (HNC) --kelompok oposisi dukungan Arab Saudi-- tampak enggan bergabung dalam pembicaraan tersebut. Kelompok itu menuntut sejumlah prasyarat sebelum pembicaraan, seperti penghentian pemboman oleh tentara pemerintah di daerah yang dikuasai gerilyawan, dan pembubaran pengepungan yang dilakukan pemerintah terhadap daerah yang dikuasai gerilyawan.
Namun, setelah menyatakan kelompok tersebut menerima jaminan bahwa tuntutannya akan dipenuhi, HNC pergi ke Jenewa untuk menghadiri pembicaraan dengan Utusan Khusus PBB buat Suriah Staffan de Mistura.
Babak baru pembicaraan tersebut adalah yang ketiga setelah dua babak sebelumnya pada 2012 dan 2014, keduanya gagal dan tidak efektif dalam meyakinkan semua pihak yang berperang untuk mengakhiri hampir lima tahun konflik Suriah.
Kelompok oposisi, yang terpecah, adalah penyebab utama kegagalan proses perdamaian itu, selain garis merah Pemerintah Suriah berkaitan dengan Presiden Suriah dan keengganan dalam merundingkan kepergian Presiden Bashar al-Assad.
Masalah rumit tersebut masih ada, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Sementara itu tidak jelas bagaimana de Mistura akan menangani masalah itu selama pembicaraan baru, terutama karena militer Suriah membuat kemajuan besar di lapangan sehingga pendirian pemerintah lebih keras selama perundingan.
Dengan dukungan Angkatan Udara Rusia dan petempur Syiah Lebanon, Hizbullah, pasukan militer Suriah merebut beberapa daerah penting di Aleppo dan Latakia, sehingga melucuti daerah penting gerilyawan di dekat perbatasan dengan Turki.
Tujuan pertempuran tersebut ialah menutup perbatasan Suriah-Turki untuk memotong jalur pasokan gerilyawan di Suriah Utara.
Di sekitar Ibu Kota Suriah, Damaskus, satuan militer juga telah menaklukkan gerilyawan, dan mendirikan apa yang oleh pemerintah disebut "perujukan", yang pada dasarnya adalah pengepungan militer guna memaksa gerilyawan meninggalkan pos mereka.
Dr. Saleh Abdullah percaya delegasi Suriah, apakah itu delegasi pemerintah atau oposisi, terpaut jauh.
Ia percaya Pemerintah Suriah, meskipun menghadapi perang, masih rasional dan mampu menghormati setiap kesepakatan yang mungkin dicapai.
KRISIS SURIAH: Warga Damaskus Pesimistis Pembicaraan Damai di Jenewa
Rakyat di Damaskus, yang merasa kecil hati akibat kegagalan pembicaraan terdahulu untuk mengakhiri krisis, kini pesimistis dengan pembicaraan yang berlangsung di Jenewa, dan mengatakan pembicaraan tulus mestinya diadakan di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
39 menit yang lalu
China Kembali Berlakukan Bebas Visa bagi Warga Jepang
49 menit yang lalu
Geger! 6 Wisatawan Asing Tewas Keracunan Metanol di Laos
2 jam yang lalu