Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NEGARA MAJU DEFISIT ANGGARAN, Refinancing Utang Diprediksi Turun

Apabila ditotal, nilai tagihan, catatan dan obligasi yang jatuh tempo dari kelompok negara G-7 ditambah Brasil, Rusia, India dan China (BRIC), akan mencapai US$7,1 triliun.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan)
Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan)

Bisnis.com, LONDON — Nilai utang sejumlah negara dengan perekonomian relatif paling kuat di dunia yang perlu di-refinancing pada 2016, berpeluang berubah setelah negara-negara tersebut membuat kemajuan dalam mengurangi defisit anggaran.

Apabila ditotal, nilai tagihan, catatan dan obligasi yang jatuh tempo dari kelompok negara G-7 ditambah Brasil, Rusia, India dan China (BRIC), akan mencapai US$7,1 triliun. Nilai ini bergeser tipis dibandingkan dengan posisi 2015 yang mencapai US$7 triliun pada tahun lalu. Apabila dibandingkan dengan 2012 yang mencapai US$7,6 triliun.

“Sebagian besar negara-negara ini telah mengubah kebijakannya ke arah disiplin fiskal di antaranya ada ekspansi fiskal selama masa krisis karena berbagai alasan demi mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Mohit Kumar, Kepala Strategi Keuangan Credit Agricole SA, Senin (4/1/2015).

Penurunan ini, menurut para ekonom, dapat memberikan sejumlah dukungan untuk pasar obligasi, setelah Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengindikasikan secara bertahap akan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini di antaranya dengan mendorong imbal hasil naik dari rekor terendahnya tahun ini.

Selain itu, para ekonom juga memperkirakan defisit anggaran negara-negara tersebut akan semakin menyempit pada 2016. Pasalnya pemerintah negara-negara tersebut akan cenderung memperpanjang jatuh tempo dari utang mereka dan terus mengurangi pengeluaran tambahan, untuk memerangi krisis keuangan global.

BELUM BERLAKU

Namun bagi beberapa negara, kebijakan tersebut rupanya tidak akan berlaku pada tahun ini. Jerman, sebagai contoh, berencana untuk meningkatkan obligasi dan tagihan penjualan sebesar 203 miliar euro tahun ini. Nominal tersebut naik di banding kan dengan posisi tahun lalu yang mencapai 175 miliar euro pada 2015.

Pemerintah setempat mengatakan, kebijakan tersebut diambil untuk membiayai pengeluaran yang disebabkan oleh masuknya migran ke Jerman. Adapun Rusia dan Brasil akan menjadi negara dengan penurunan proporsi pencairan utang terbesar di antara negara G-7.

Sementara itu, perubahan juga terjadi pada nominal pembayaran bunga utang. Negara G-7 dan negara BRIC harus membayar beban bunga utang sebesar US$7,8 triliun pada tahun ini.

Selain itu, negara pengutang terbesar di dunia yakni AS, jumlah surat berharga negara (SBN) yang jatuh tempo tahun ini, akan naik 14% dari tahun lalu menjadi US$3,5 triliun.

China akan menghadapi kenaikan persentase terbesar dalam kebutuhan refinancing pada 2016. Negara dengan perekonomian terbesar di Asia ini, kebutuhan pembiayaan kembalinya akan mencapai 41% menjadi US$254 juta.

Ahli strategi keuangan dari Rabobank Lyn Graham memprediksi defisit anggaran di negara maju ini akan menyusut hingga 2,4% dari rata-rata produk domestik bruto pada tahun ini. Pada, 2015 penyusutan defisit anggaran mencapai 2,6%.

Latar belakang ekonomi dan kebijakan yang lebih positif dari pemerintah menjadi alasan perkembangan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa (5/1/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper