Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perempuan melintas di depan spanduk ucapan selamat Idul Fitri di depan Gereja Immanuel, Jakarta, Rabu (22/7)./Antara
Perempuan melintas di depan spanduk ucapan selamat Idul Fitri di depan Gereja Immanuel, Jakarta, Rabu (22/7)./Antara

Bisnis.com, MATARAM - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat toleransi tinggi yang perlu dijaga antara lain dengan menyebarkan paham keagamaan yang moderat di Tanah Air.

"Kita sangat bersyukur negeri kita memiliki tingkat keamanan dan toleransi yang tinggi," kata Jusuf Kalla dalam acara Muktamar VI dan Milad ke-25 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang digelar di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (12/12/2015).

Menurut Jusuf Kalla, kondisi yang sangat toleran dan masih tersebarnya paham Islam yang moderat perlu disyukuri karena tumbuh dalam keadaan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang terkenal akan kemajemukannya ini.

Namun, Wapres juga menyatakan kesedihannya karena saat sedang memperingati tahun baru hijriyah beberapa waktu lalu, di media juga diberitakan mengenai banyaknya pengungsi muslim dari Timur Tengah yang justru mencari perlindungan ke negara-negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim yang ada di benua Eropa.

Sebagaimana diberitakan, Sekretaris Jenderal Konferensi Cendekiawan Muslim, Ulama, dan Sufi Sedunia (ICIS) Hasyim Muzadi menekankan pentingnya menyebarkan paham Islam yang moderat dan toleran di kawasan Nusantara.

"Moderasi ini maknanya secara komprehensif bukan hanya moderasi di bidang akidah, tetapi juga syariah," kata Hasyim Muzadi saat acara penutupan konferensi ICIS IV di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim di Malang, Jatim, Rabu (25/11).

Menurut dia, nilai-nilai dalam Pancasila itu sendiri juga merupakan pengejawantahan atau perwujudan dari ajaran Islam itu sendiri.

Mantan Ketua Umum PBNU itu juga menyatakan bahwa moderasi itu juga bukan hanya "hablum minallah" (hubungan manusia dengan Allah) tetapi juga "hablum minannas" (hubungan sesama manusia). "Moderasi basisnya 'rahmatan lil alamin' (rahmat semesta alam)," ujarnya.

Untuk itu, diperlukan pula moderasi wawasan antara agama dan kewarganegaraan serta terselenggaranya pendidikan yang menjamin terwujudnya pemikiran yang moderat karena kuncinya pasti ada di sektor pendidikan.

Karenanya, lanjutnya, dalam mengatasi permasalahan pendidikan juga harus dibangun suatu sistem metodologi dan kurikulum yang menjamin bagi tujuan melahirkan orang berwatak moderat, yang meninggalkan konservatifisme tetapi tidak terjebak dalam liberalisme.

"Kita bukan mengimpor pemikiran di sini, tetapi akan mengekspor pemikiran ke tempat lain," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper