Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Karesidenan Pekalongan Diprediksi Tumbuh 5,2%

Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks Karesidenan Pekalongan pada 2016 diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya pada rentang 4,9%-5,2% year on year, dengan target capaian inflasi sejalan dengan target nasional yaitu 41%.
Pasar Sentono, Pekalongan/grosirbatikmodernpekalongan.com
Pasar Sentono, Pekalongan/grosirbatikmodernpekalongan.com

Bisnis.com, SEMARANG—Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks Karesidenan Pekalongan pada 2016 diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya pada rentang 4,9%-5,2% year on year, dengan target capaian inflasi sejalan dengan target nasional yaitu 4±1%.

Beberapa faktor pendorong menguatnya pertumbuhan ekonomi antara lain kenaikan upah minimum kabupaten (UMK) sebesar 15% pada 2016, perluasan kawasan industri di Pekalongan, peningkatan belanja pegawai pemerintah, serta potensi peningkatan penyaluran kredit konsumsi.

Kepala Perwakilan BI Tegal Joni Marsius mengatakan hasil survei konsumen memperkirakan kondisi kegiatan usaha, kondisi penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang yang bakal mengalami peningkatan.

Dari sisi sektoral, ujarnya, sektor pertanian dan perdagangan diperkirakan akan mengalami perbaikan pada 2016, yang diharapkan mampu menjadi engine of growth pertumbuhan ekonomi di eks Karesidenan Pekalongan.

Hasil liaison Bank Indonesia menangkap optimisme para pelaku usaha terhadap kondisi usaha di tahun mendatang. Sejumlah langkah investasi pun telah dipersiapkan guna meningkatkan kapasitas usaha di masing-masing sektor.

“Pertumbuhan ekonomi di Eks Karesidenan Pekalongan prediksinya sama dengan pertumbuhan nasional,” terangnya, Kamis (10/12/2015).

Tidak hanya itu, lanjut Joni, pada tahun mendatang capaian inflasi diharapkan masih sejalan dengan target nasional yaitu 4±1%.

Joni mengatakan beberapa peluang yang dapat menahan peningkatan inflasi pada kelompok komoditas volatile food adalah adanya peningkatan target produksi pertanian.

Sementara itu, pada kelompok administered prices faktor penahan inflasi antara lain, tren penurunan harga minyak dunia yang berdampak pada penurunan harga BBM.

“Pemerintah juga berkomitmen untuk menurunkan tarif listrik industri pada 2016. Penurunan harga gas untuk sektor industri pada 1 Januari 2016,” katanya.

Joni mengatakan pada kelompok komoditas core, tren penurunan harga emas dunia diperkirakan menjadi faktor penahan inflasi pada 2016.

Adapun risiko yang perlu dicermati sebagai penyebab meningkatnya inflasi dari sisi volatile food adalah masalah distribusi perdagangan. Hal ini lantaran belum tersedianya fasilitas penyimpanan yang mencukupi tingginya tingkat alih fungsi lahan pertanian.

Pada kelompok administered price, masalah distribusi elpiji dan kenaikan tarif cukai rokok ditengarai masih akan mempengaruhi pencapaian inflasi pada tahun 2016.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper