Kabar24.com, JAKARTA-- Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi mengumumkan keadaan darurat selama 30 hari dan memberlakukan jam malam di Ibu Kota tersebut setelah ledakan menghantam bus yang membawa pengawal presiden, sehingga menewaskan sedikitnya 12 orang.
Ledakan itu terjadi di sebuah halte bus tempat pasukan pengawal presiden mengantar dan menjemput sejumlah stafnya. Lokasi penjemputan itu berada di dekat bekas markas partai pimpinan presiden terguling, Zine El Abidine Ben Ali.
Sejumlah ruas jalan di kota itu terhalang karena hujan lebat dan banjir ketika ledakan menghantam. Penyebab pasti ledakan itu masih belum jelas, tetapi satu sumber mengatakan bahwa seorang pengebom mungkin telah meledakkan bom di dalam kendaraan sebagimana dikutip BBC.co.uk, Rabu (25/11/2015).
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab di balik serangan itu. Namun, Tunisia belakangan ini menjadi sasaran serangan kelompok milisi ISIS, termasuk serangan oleh pria bersenjata di resor pantai Sousse pada Juni lalu yang menewaskan 38 orang.
Negara di Afrika Utara itu diperkirakan menjadi 'pengekspor' terbesar jihadis. Pihak berwenang memperkirakan sekitar 3.000 warganya bergabung dengan kelompok militan Islam di Irak dan Suriah (ISIS).