Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENCATUTAN NAMA PRESIDEN: Djan Faridz, Rekanan Percakapan Setya dan Bos Freeport Harus Dibuka

Ketua Umum DPP PPP hasil Muktamar Jakarta Djan Faridz menyatakan transkrip rekaman percakapan antara Ketua DPR Setya Novanto dengan petinggi PT Freeport yang mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden harus dibuka secara utuh.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta Djan Faridz./Antara-Sigid Kurniawan
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta Djan Faridz./Antara-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA --  Ketua Umum DPP PPP hasil Muktamar Jakarta Djan Faridz menyatakan transkrip rekaman percakapan antara Ketua DPR Setya Novanto dengan petinggi PT Freeport yang mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden harus dibuka secara utuh.

"Rekaman perbincangan yang diserahkan ke MKD jangan cuma 11 menit. Kan perbincangan itu ada sekitar dua setengah jam, nah harus dibuka semuanya," kata Djan Faridz di kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Selasa (24/11/2015).

Hal tersebut ia sampaikan setelah bertemu dengan Menkopolhukam Luhut Pandjaitan untuk melaporkan keputusan Mahkamah Agung (MA) mengenai pengesahan Muktamar Jakarta.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa transkrip berdurasi sekitar 11 menit itu juga telah menimbulkan kegaduhan politik.

"Ini juga menjadi tanda tanya besar bagi publik sehingga rekaman itu memang harus dibuka semua agar tidak menimbulkan kegaduhan," kata Djan Faridz.

Sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said pada Senin (16/11) pagi melapor kepada MKD terkait dugaan adanya pencatutan nama presiden dan wapres oleh politikus dan anggota DPR dalam perpanjangan kontrak PT Freeport.

Menteri Sudirman telah mengatakan di beberapa media elektronik dan televisi nasional bahwa pada beberapa bulan lalu pihak Freeport dihubungi oleh beberapa oknum tokoh politik yang sangat punya pengaruh, dan menjual nama presiden dan wapres yang seolah-olah meminta saham kosong.

Presiden Joko Widodo sendiri telah mengajak semua pihak untuk menghormati proses di MKD dalam kasus ini.

"Saya sampaikan kita harus hormati proses di MKD," kata Presiden.

Presiden mengaku terus mengikuti perkembangan isu-isu terkini di media sosial termasuk ungkapan "papa minta pulsa" sudah berubah menjadi "papa minta saham".


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper