Kabar24.com, JAKARTA -- Selain sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan, sekolah juga menjadi media pendidikan karakter. Namun, sistemnya tidak bisa disamaratakan pada semua sekolah.
Pengamat pendidikan Doni Koesoma menegaskan, sebelum menentukan metode pendidikan karakter, kita perlu mengenali kondisi sekolah terlebih dahulu. Selain itu, stakeholder pendidikan juga perlu menyadari adanya masalah.
"Jika merasa baik-baik saja, ya sudah, tidak bisa berkembang," kata Doni dalam Diskusi dan Bedah Buku Strategi Pendidikan Karakter, Jakarta, Rabu (28/10/2015).
Penulis buku Strategi Pendidikan Karakter, Revolusi Mental dalam Lembaga Pendidikan itu menambahkan, salah satu masalah dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan budi pekerti adalah masih rendahnya kualitas guru.
Perbaikan kualitas guru, imbuh Doni, menjadi hal utama dan pertama yang harus dilakukan.
"Itu adalah pola linear. Jadi perubahan dilakukan dari akarnya," tegas Doni.
Di sisi lain, dia menilai minimnya proses yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu buktinya, keberhasilan segala sesuatu dinilai melalui angka-angka.
Tak ayal, sekolah berlomba-lomba untuk menaikkan nilai standar mereka.
"Padahal tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter mengajari individu tentang tanggung jawab dan kemurahhatian," tambahnya.