Kabar24.com, MOSKOW - Presiden Bashar al-Assad membuat langkah politik yang kian menempatkan Rusia dalam posisi penting bagi Suriah.
Rusia mengendalikan Suriah, Rabu (21/10/2015) waktu setempat, setelah menjadi tuan rumah bagi kunjungan Presiden Bashar al-Assad dalam lawatan pertamanya ke mancanegara sejak 2011 dan menjadwalkan perundingan, yang melibatkan pemain kunci peperangan di negara itu.
Saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Assad mengucapkan terima kasih atas serangan udara terhadap lawan Assad di Suriah, ketika kedua pemimpin juga menyetujui langkah politik setelah operasi militer dalam pembicaraan Selasa malam.
Moskow kemudian mengumumkan bahwa Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS dan Turki serta negara Arab untuk membahas kemelut Suriah pada Jumat (23/10).
Pembicaraan Putin dengan Assad berpusat terutama pada perkembangan militer, dengan Presiden Rusia menjanjikan dukungan berkelanjutan, tapi juga mendesak penyelesaian politik untuk mengakhiri pertempuran tersebut, kata juru bicara Kremlin.
Assad, yang terakhir mengunjungi Rusia pada tahun 2008, mengatakan kepada Putin bahwa tiga pekan serangan udara Rusia - yang memicu kecaman dari negara-negara Barat - telah membantu menghentikan penyebaran "terorisme" di negaranya.
Serangan udara Rusia sejauh ini dilaporkan telah menewaskan 370 orang, sepertiga dari mereka adalah penduduk sipil.
Serangan Rusia ditujukan kepada kaum ekstrimis kelompok Negara Islam di Iran dan Suriah (ISIS) dan kelompok lain yang dianggap sebagai "teroris".
Namun pemberontak dan negara-negara Barat menuduh Moskow berusaha mendukung Assad dan menyerang kekuatan oposisi moderat serta ISIS.