Kabar24.com, JAKARTA -- Perbedaan penetapan 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha antara pemerintah dengan Muhammadiyah dinilai Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai perbedaan dimensi ibadah.
Menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Sirajuddin Syamsudin, berdasarkan kriteria wujudul hilal (WH), hari ini, Senin (14/9/2015), hilal telah terlihat, sehingga hari ini telah ditetapkan sebagai 1 Dzulhijjah. Sedangkan, berdasarkan kriteria Imkanur Ru’yat (IR) hari ini hilal belum terlihat, dehingga hari ini masih memasuki bulan terakhir dzul qa'dah.
"Ini kan hanya perbedaan dimensi ibadah saja, tidak perlu dibesar-besarkan," papar Din Syamsudin usai acara dialog antar-agama untuk peningkatan tumbuh kembang anak, Jakarta, Senin (14/9/2015).
Berdasarkan hadist, Idul Adha sangat erat kaitannya dengan haji di tanah suci. Ketika jemaah haji sedang berada di Padang Arafah, umat muslim lainnya sangat dianjurkan melaksanakan puasa sunnah arafah jatuh pada 9 Dzulhijjah atau 22 September berdasarkan hilal.
Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan Idul Adha 24 September, sedangkan Muhammadiyah menetapkan 10 Dzulhijjah pada 23 September.
"Kita umat muslim kan sama-sama ibadah, tidak usah diperdebatkan, tapi berusahalah untuk berkurban," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel