Kabar24.com, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) menyatakan jika benar pencopotan Komjen Pol. Budi Waseso dari jabatannya sebagai Kabareskrim dilaksanakan, maka hal itu bisa dianggap sebagai kemenangan koruptor.
"Para koruptor yang selama ini disisir, geledah, dan disapu bersih Buwas berhasil melakukan perlawanan dan menjungkirbalikan Kabareskrim itu," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangan tertulis, Kamis (3/9/2015).
Menurut dia elit penguasa bukannya melindungi, malah ramai-ramai ikut menghabisi karir Buwas di Bareskrim.
Padahal, salah satu poin dari konsep Nawa Cita Presiden Jokowi adalah pemberantasan korupsi. Tapi, ujar Neta, polisi yang agresif memberantas korupsi justru dihabisi.
Ironisnya, lanjut Neta, para aktivis dan LSM antikorupsi diam dan tutup mulut melihat kondisi ini. Mereka seakan tidak peduli kinerja Buwas yang sudah mengungkap kasus-kasus korupsi besar.
"Ada apa? Sementara jika KPK disentuh sedikit saja para aktivis dan LSM antikorupsi teriak-teriak kencang. Apakah sikap diam mereka karena Bareskrim berniat akan membongkar aliran dana KPK ke sejumlah LSM antikorupsi tsb, sehingga mereka merasa bersyukur Buwas dihabisi?" ujar Neta bernada provokatif.
IPW menduga dihabisinya Buwas akibat adanya persekongkolan para koruptor, konglomerat hitam dan tersentuhnya bisnis para pejabat akibat sepak terjang Buwas memberantas korupsi. Pemberantasan korupsi yang dilakukan Buwas dianggap sudah menimbulkan kegaduhan.
Padahal prestasi Buwas bisa terbilang jauh di atas rata rata, bahkan mengesankan sekali, sehingga Polri benar benar bisa mengimbangi kerja KPK, dan Polri terlihat bermartabat dengan prestasi Buwas. Dengan dihabisinya Buwas dikhawatirkan kinerja Polri akan kembali terpuruk.
"Jajaran Polri akan trauma, sehingga koruptor, konglomerat hitam dan para pejabat yang berkolusi akan semakin berjaya. Nawacita dan revolusi mental Jokowi tinggal kenangan," ujar Neta.