Bisnis.com, JAKARTA — Tujuh proyek pembangunan dan pengembangan gedung DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, yang diusulkan oleh Tim Reformasi Parlemen dianggap sebagai pengerdilan pola pikir para anggota dewan.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus, berpendapat bahwa DPR masih terperangkap dengan pola pikir yang mementingkan penampilan fisik ketimbang kerja seungguhnya.
“Seolah-olah kebanggaan sebagai bangsa akan muncul melalui fasilitas mewah, walaupun DPR tak menghasilkan apa-apa di dalamnya. Contohnya, banyak pembahasan RUU mangkrak selama bertahun-tahun,” katanya, Kamis (20/8).
Dengan demikian, pembangunan itu sama sekali tidak merepresentasikan kerja Tim Reformasi Parlemen yang diketuai oleh Fahri. “Tapi kenapa ngotot? Ya, bukan tidak mungkin sudah ada komitmen-komitmen dengan pihak lain dengan pihak DPR, yang tak bisa diundur-undur lagi karena sudah melibatkan transaksi.”
Seperti diketahui, renovasi tersebut pernah diusulkan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat. Saat itu renovasi Kompleks Gedung Parlemen diinisiasi anggota DPR yang dipimpin oleh Marzuki Alie.