Kabar24.com, BANGKOK – Sejumlah analisa mengiringi ledakan bom yang terjadi di jantung ibu kota Thailand, Bangkok, Senin (18/8/2015).
Sebelumnya, sebuah rekaman CCTV memperlihatkan seorang pemuda bertubuh kurus berkaus kuning memasuki Vihara Erawan dengan tas di punggung.
Pemuda itu duduk di pagar, melepas ransel yang dibawanya, lantas pergi, berjalan sembari memegang ponsel, serta meninggalkan tas punggungnya di pagar vihara.
Lantas tak lama kemudian....blaam! Ledakan membahana, dan rekaman CCTV itu memperlihatkan cahaya terang di belakang sana.
“Dari CCTV itu kami berpikir bahwa pria berkaus kuning itu mungkin pelaku dengan satu atau dua orang lainnya yang berada di sana,” ujar Juru Bicara Kepolisian Thailand Prawut Thavomsiri, tanpa memberi penjelasan lebih rinci, Rabu (19/8/2015).
Namun begitu, polisi belum bisa menyebutkan kelompok mana yang bertanggung jawab, termasuk kemungkinan adanya keterlibatan para penentang pemerintahan militer Thailand yang kini berkuasa.
Polisi juga menyebutkan tidak ada kecocokan aksi peledakan bom itu dengan pola perlawan kelompok Muslim di selatan Thailand atau dari kelompok yang kerap disebut sebagai kelompok “kaus merah”.
“Serangan itu tidak memperlihatkan tanda yang jelas dari apakah separatis Muslim di Thailand ataupun kelompok militan kaus merah,” ujar Angel Rabasa, pakar soal gerakan Islam militan dari RAND Corporation.
Dia menyebutkan bisa saja serangan itu sebagai hasil kerja ISIS, yang telah menyebar hingga Asia Tenggara, atau dilakukan oleh kelompok jihadis yang terafiliasi dengan Al Qaeda.
Namun, biasanya, kelompok ini akan menyatakan bertanggung jawab atas setiap serangan yang mereka lakukan.
Polisi juga menimbang kemungkinan peran kelompok etnis Uighur. Pasalnya, Thailand telah memaksa 109 etnis Uighur untuk kembali ke China pada bulan lalu.
Ratusan, atau bahkan mungkin ribuan, masyarakat berbahasa Turki dan kebanyakan adalah kelompok minoritas Muslim melarikan diri Xinjiang, dari wilayah Barat China. Di mana ratusan orang terbunuh akibat tindakan keras aparat China. Banyak etnis Uighur yang mencoba mengungsi ke Turki melalui Asia Tenggara.
Meski begitu, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha meredakan kecurigaan terhadap kemungkinan adanya aksi balas dendam etnis Uighur.
Prayuth menyebutkan langkah yang diambil Thailand memulangkan suku Uighur ke China memang menjadi satu-satunya jalan. Jika tidak dilakukan, etnis Uighur itu akan menjadi beban bagi Thailand. “Saya tak persoalan Uighur ini menjadi isu,” ujarnya.
Lantas, kelompok manakah yang sesungguhnya bertanggungjawab atas aksi peledakan di Bangkok?
Polisi Thailand masih mencari dan melakukan perburuan.