Kabar24.com, JAKARTA—Berbagai manuver kekuatan partai politik terhadap Presiden Jokowi dan para menteri kabinetnya tidak akan membuat pemerintahan itu jatuh di tengah jalan.
Hal itu baru bisa terjadi jika didorong oleh satu kekuatan people power, meski hal itu hampir tidak mungkin terjadi.
Demikian dikemukakan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya dalam diskusi “Dialektika Demokrasi” di Gedung DPR bersama nara sumber Sekretaris Fraksi Partai NasDem, Syarief Abdullah Alkadrie , Kamis (13/8/2015).
“Dalam sistem presidensial, presiden hanya jatuh dalam people power, tidak bisa lewat parlemen atau kekuatan politik meski ada celah yang hampir tidak mungkin terjadi,: ujar Yunarto.
Menurutnya, semua presiden dalam sistem presidensial jatuh oleh people power karena rakyatnya kelaparan atau krisis ekonomi. Selain itu, jatuhnya seorang presiden adalah akibat adanya public enemy, namun musuh masyarakat itu tidak pernah seorang sosok presiden, namun keadaan seperti krisis ekonomi.
Menurutnya, krisis ekonomi di Indonesia, kalaupun terjadi belum akan sampai pada tingkat paling parah seperti kelaparan.
Meski ada contoh jatuhnya Presiden Joseph Estrada di Filipina akibat people power, kondisi itu didahului oleh krisis ekonomi yang parah.
Pada saat yang sama, presiden itu terlilit kasus korupsi sehingga dijatuhkan di tengah jalan.
“Tidak ada sejarah di negara manapun bahwa dalam sistem presidensial presiden bisa dijatuhkan karena kekuatan politik,” ujar Yunarto lagi.
Selain itu, koalisi partai politik pun tidak ada yang permanen sehingga tidak mudah untuk menggalang kekuatan untuk menjatuhkan seorang presiden.
Pasalnya, parpol di Indonesia saat ini sangat pragmatis sehingga selalu kalah dari kelompok eksekutif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel