Bisnis.com, JAKARTA—Seleksi Dirjen Bea Cukai pengganti Agung Kuswandono sebentar lagi resmi berakhir. Presiden Joko Widodo dikabarkan telah menunjuk Heru Pambudi untuk mengisi 'kursi panas' tersebut.
Sayang, tak seorang pun mau mengonfirmasi informasi ini. Heru sendiri bersaing dengan dua kandidat lainnya, yaitu Susiwijono Moegiharso dan Syafri Adnan Baharuddin. Ketiga nama itu dipilih Menkeu Bambang Brodjonegoro dari 6 kandidat yang dihasilkan Panitia Seleksi Dirjen Bea dan Cukai.
Lalu, siapa sebenarnya Heru Pambudi?
Informasi yang dihimpun Bisnis mengungkapkan Heru adalah salah satu karib dekat Susiwijono. Keduanya teman seangkatan bahkan satu kelas sewaktu berkuliah di STAN yaitu angkatan 1988. Tidak heran, keduanya masih sering bertemu. Sama-sama dari Jawa Timur, dengan usia yang sebaya.
Memang, penampilan Heru di media tak semoncer Susiwijono—yang karena kecerdasannya dijuluki kamus berjalan Bea Cukai oleh beberapa wartawan senior. Namun, tak berarti kemudian Heru miskin prestasi. Justru, Heru memiliki pengalaman teritorial memimpin kanwil, yang tidak dimiliki Susiwijono.
Karir Heru di Bea Cukai mulus mulai dari Kasubdit Intelijen Direktorat Penindakan dan Penyidikan, lalu naik jadi Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan dan Penerimaan, hingga memimpin Kanwil Bea dan Cukai Sulawesi, di mana dia mengungkap sejumlah penyelundupan narkoba.
Setelah dari Makassar, Heru kembali ke Jakarta mengisi posisi Direktur Fasilitas Kepabeanan, hingga Maret lalu dilantik Menkeu Bambang menjadi Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, pos lama milik Susiwijono yang promosi menjadi pejabat eselon 1b.
Dalam catatan Bisnis, Heru mulai terlibat kontak dengan pers dan para pengguna pabean secara lebih luas setelah menjabat sebagai direktur fasilitas kepabeanan. Beberapa wartawan senior yang menjalin kontak dengannya mengatakan tidak ada masalah dengan Heru.
Lalu, apakah jika kelak dilantik Heru akan mampu mengemban misi mulia Ditjen Bea Cukai? Bagaimana pula dia akan menempatkan orang-orang dekatnya? Apakah dia bisa me-manage ‘rivalitas abadi’ antara alumni STAN dan non-STAN di Bea Cukai yang sempat mengeras beberapa waktu lalu?
Kita akan lihat.