Bisnis.com, BANDUNG—Kota Bandung kekurangan fasilitas rumah potong hewan yang telah tersertifikasi untuk memotong sapi impor dari Australia. Hal itu disinyalir menjadi salah satu faktor pengerek kenaikan harga daging sapi di Kota Kembang pada Ramadhan dan jelang Lebaran.
Kepala Bidang Pengembangan Usaha Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Barat Taufik Garsadi mengatakan di Kota Bandung hanya ada dua rumah potong hewan (RPH) yang telah tersertifikasi untuk memotong sapi impor, yakni yang berada di daerah Cirangrang dan Ciroyom.
“Dua RPH itu hanya sanggup memotong sapi 50 ekor per hari, padahal kebutuhan untuk memenuhi permintaan daging sapi yang meningkat, setidaknya perlu potong 150 ekor per hari,” katanya, Kamis (18/6).
Dia menjelaskan sapi impor jenis Brahman Cross atau BX yang diimpor dari Australia memiliki standar-standar khusus dari pihak negara asalnya, termasuk dalam hal proses pemotongan yang diharuskan dipotong di RPH yang telah tersertifikasi.
Taufik memandang kecenderungan masyarakat yang lebih menyukai daging sapi segar dibanding daging beku, turut berkontribusi terhadap tidak berimbangnya permintaan dan pasokan daging yang telah dipotong sehingga mengakibatkan kenaikan harga.
Berdasarkan keterangan Disnak, Jabar justru tengah kelebihan stok sapi siap potong menghadapi Lebaran tahun ini. Permintaan daging diperkirakan mencapai 10.000 ton atau setara 56.000 ekor sapi, sementara di kandang tersedia 124.000 ekor sapi yang telah diimpor tiga bulan lalu.
“Produk [daging sapi] lokal yang berada di pasaran memang hanya berkisar 30%. Perbandingan harganya memang cukup jauh, yang lokal sekitar Rp42.000/kg [untuk sapi] hidup, yang impor Rp35.000/kg hidup,” tuturnya.