Bisnis.com, PADANG - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatra Barat mengakui adanya tren peningkatan inflasi jelang Ramadan di daerah itu.
Kepala Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko yang juga menjabat Wakil Ketua TPID Sumbar menyebutkan sejak 2012 inflasi Ramadan di daerah itu terus meningkat. Mulai dari 1,08% pada Ramadan tahun itu menjadi 2,75% pada 2013.
Baru pada Ramadan 2014 turun 0,82%, dan naik lagi di bulan setelah Ramadan jadi 1,27%. Yang seperti ini perlu disiasati, katanya, Senin (2/6/2015).
Dia mengungkapkan TPID Sumbar memfokuskan pengendalian melalui empat program yang ditekankan pada pelaksanaan di lapangan serta memaksimalkan koordinasi.Keempat program itu yakni menjaga ketersediaan pasokan komoditas pemicu inflasi (volatile food) seperti beras, cabai dan daging. Menjamin kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok.
Bahkan dia menyarankan kemudahan izin distribusi bagi pengangkut kebutuhan pokok strategis selama 24 jam di Kota Padang dan Bukittinggi.Selain itu, menjaga kestabilan dan keterjangkauan harga, serta memperkuat penyebaran informasi harga pangan kepada masyarakat.Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatatkan inflasi di dua kota, Padang dan Bukittinggi sebagai basis kegiatan ekonomi Sumbar menunjukkan gejala peningkatan inflasi jelang Ramadan.
Per Mei 2015, Kota Padang mengalami inflasi 0,65% dan Bukittinggi inflasi 0,82%. Inflasi di dua kota tersebut dipicu mulai naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok, a.l cabai merah, daging ayam ras, dan gula pasir.Yomin Tofri, Kepala BPS Sumbar mengakui ada tren peningkatan inflasi setiap memasuki Ramadan dan Lebaran. Padahal, stok kebutuhan pokok masih mencukupi di pasaran.
Stok mencukupi, tapi harga naik. Artinya kan ada pihak-pihak yang menaikkan harga. Nah, ini [pengendalian harga] perlu keseriusan pemerintah dan kesadaran semua pihak agar inflasi tetap terkendali, katanya.Menurutnya, inflasi akan lebih stabil jika pemerintah daerah mampu menjamin ketersediaan pasokan barang dan memastikan tidak ada spekulan yang memafaatkan momen dengan menaikkan harga ketika permintaan meningkat.
Sementara itu, sampai Mei tahun ini, laju inflasi kalender Kota Padang masih tercatat minus atau deflasi 2,83% dan Bukittinggi deflasi 1,35%. Sedangkan laju inflasi year on year (yoy) dibandingkan Mei tahun lalu, Padang masih inflasi 7,86% dan Bukittinggi 5,95%.