Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAA 2015: Indonesia dan Korsel Bahas 3 Sektor Ekonomi Ini

Dalam pertemuan bilateral, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Wakil Perdana Menteri Korea Selatan Hwang Woo Yea membahas tiga sektor ekonomi, mulai dari infrastruktur, manufaktur, dan pertanian.
Indonesia dan Korsel membasah sektor infrastruktur, manufaktur, dan pertanian/ilustrasi
Indonesia dan Korsel membasah sektor infrastruktur, manufaktur, dan pertanian/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA-- Dalam pertemuan bilateral, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Wakil Perdana Menteri Korea Selatan Hwang Woo Yea membahas tiga sektor ekonomi, mulai dari infrastruktur, manufaktur, dan pertanian.

Hwang Woo Yea menyampaikan permohonan maaf dari Perdana Menteri Korea Selatan Lee Wan-Koo yang batal hadir dalam peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung. Ketidakhadiran Lee disebabkan oleh kunjungan kerja ke Amerika Latin.

"Hubungan kedua negara tidak sekedar sahabat, tetapi kita perlu meningkat hubungan yang sekarang sudah strategis ke level yang lebih tinggi," tuturnya di JCC, Kamis (23/4).

Indonesia, kata Hwang, merupakan mitra yang penting bagi Korea Selatan, terutama dalam realisasi investasi dan aktivitas perdagangan. Selama ini, investasi yang bergulir di Indonesia merupakan proyek-proyek manufaktur yang strategis seperti industri kimia, pertahanan, dan baja.

"Tadi Wapres Indonesia membicarakan tiga bidang ekonomi, yaitu pembangunan infrastruktur, manufaktur, dan pertanian. Tiga bidang itu yang rencananya akan dibicarakan," ujarnya.

Hwang berjanji akan menindaklanjuti pembicaraan dalam pertemuan bilateral tersebut dalam rapat menteri-menteri ekonomi Korea Selatan setelah pulang dari Bandung.

"Pasti akan dilaksanakan juga untuk infrastruktur dan pertanian, akan saya panggil semua menteri ekonomi terkait ketika saya pulang, untuk dibicarakan," imbuh Hwang.

Wapres JK mengatakan Korea Selatan merupakan salah satu negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia. Pada 2013, nilai investasi langsung Korsel mencapai US$2,2 miliar dan US$1,12 miliar pada 2014.

"Jadi tinggal melanjutkan dan menambah lebih banyak lagi. Baik hubungan perdagangan maupun industri," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper