Bisnis.com, WASHINGTON – Para pemimpin lembaga keuangan yang tergabung dalam G-20 memperkirakan munculnya risiko volatilitas nilai tukar terhadap sejumlah mata uang seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia dan menguatnya performa Dolar AS.
Para pemimpin bank sentral dan menteri keuangan negara-negara G-20 dalam pertemuan di Washington mengakui adanya risiko volatilitas nilai tukar setelah Dolar AS menguat 17% dalam satu tahun terakhir.
“Ada banyak tantangan penting, termasuk risiko volaitilitas nilai tukar,” tulis pernyataan resmi sebagaimana dikutip Bloomberg, Sabtu (18/4/2015).
Membaiknya performa Dolar AS turut mengerek kepercayaan diri The Fed, yang diperkirakan akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006. Ketika dolar menguat, nilai tukar mata uang di negara-negara lain diproyeksikan akan merosot. Dampak lainnya, nilai utang luar negeri berdenominasi Dolar AS akan membengkak.
Adapun, negara-negara yang dinilai paling rentan terkena dampak penguatan Dolar AS adalah negara-negara berkembang yang masih mengandalkan ekspor berbasis komoditas dan sumber daya alam.
Guna menangani risiko tersebut, para pemimpin lembaga keuangan G-20 menilai pemerintah dapat melakukan kontrol terhadap aliran dana, terutama dana dalam mata uang Dolar AS.