Program itu diharapkan akan disetujui oleh kabinet Jepang sebelum akhir Maret. Pasalnya Jepang diperkirakan akan menghadapi "kondisi kritis" pada 2020, karena rendahnya angka kelahiran sehingga berdampak negatif terhadap ekonomi dan masyarakat.
Pemerintah juga akan melakukan upaya lebih dari sekedar mendorong perjodohan, tetapi juga meningkatkan akses perawatan anak secara gratis. Selain itu akan dibangun pusat konseling di seluruh wilayah negara tersebut,agar warga dapat memperoleh layanan peningkatan kesuburan.
“Mereka juga menargetkan untuk meningkatkan jumlah ayah yang mengambil cuti setelah kelahiran anak sebanyak 80% pada tahun 2020 mendatang, menurut laporan kantor berita itu sebagimana dikutip BBC.co.uk, Sealsa (17/3/2015).
Tingkat kelahiran anak di Jepang turun ke rekor terendah pada 2014 atau turun 9.000 kelahiran dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah penurunan angka kelahiran yang drastis di Jepang sudah mencapai tahun keempat.
Sejumlah alasan yang diperkirakan menyebabkan penurunan angka kelahiran, termasuk tingginya biaya perawatan anak, lebih banyak perempuan yang bekerja, dan peningkatan jumlah orang yang tidak memiliki pasangan.