Kabar24.com, SEMARANG – Pemerintah Kota Semarang menegaskan sama sekali tidak berniat meniadakan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) dengan rencana pembangunan Trans Studio Semarang.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan nota kesepahaman kerjasama antara pihaknya dengan PT Trans Ritel Properti memang menjadi bukti keseriusan untuk mewujudkan wahan hiburan di Semarang. Pihak investor tersebut tertarik untuk merealisasikan pengembangan Trans Studio di kawasan TBRS.
Namun, dia menjelaskan memorandum of understanding yang ditandatangan bersama pada akhir pekan lalu baru merupakan kesepakatan awal.
“Bola belum bergulir. Saya tidak pernah bilang kalau TBRS digusur,” jelasnya seperti dikutip dari laman resmi Pemkot Semarang, Kamis (12/3/2015).
Hendrar menuturkan setelah adanya MoU akan ada waktu 10 bulan ke depan untuk melakukan kajian. “Kalau memang Trans Studio tidak diinginkan, saya akan bilang,'' ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Bappeda Kota Semarang M. Farchan mengatakan pihaknya tidak sedikit pun berniat menggusur TBRS. Sebaliknya, dia menuturkan fungsi ruang publik serta pelestarian budaya yang ada selama ini ada akan tetap dipertahankan.
"Tidak ada rencana menghilangkan fungsi kantong budaya di TBRS. Semua pihak, baik pemkot maupun pelaku kesenian dan budayawan diharapkan bisa saling melengkapi, terlibat dalam rencana pengembangan wilayah ini," katanya.
Namun, Farchan menuturkan saat ini sekaligus menjadi momentum bagi upaya penataan kawasan TBRS dan Wonderia. Kawasan TBRS memang diperuntukkan sebagai kawasan budaya dan pariwisata, tetapi pengelolaannya saat ini belum optimal.
Apalagi, Kota Semarang masih minim tempat rekreasi. Dengan begitu, dia menilai rencana investasi itu tidak menjadi masalah jika dapat mendukung potensi Kota Semarang.
"Kenapa langsung ada penolakan? Sebenarnya tidak ada masalah, seniman juga bisa dilibatkan dalam rencana ini,” tegasnya.[]