Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Akhir Pekan ke Museum Tingkatkan Antusiasme Pengunjung

Semasa kecil, pelajaran sejarah identik dengan menghapalkan barisan peristiwa dan tahun kejadian.
Museum Gajah/streetdirectory.com
Museum Gajah/streetdirectory.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Semasa kecil, pelajaran sejarah identik dengan menghapalkan barisan peristiwa dan tahun kejadian. Berbagai upaya dilakukan guru kepada muridnya demi menumbuhkan rasa cinta dan keingintahuan terhadap sejarah, mulai dari memperkenalkan pada aneka buku sejarah, hingga mengajak siswa tur ke museum. 

Sayangnya, bagi sebagian murid, pengalaman tur ke museum bersama teman-teman sekolah tak selamanya berlangsung menyenangkan. Salah satunya pengalaman pendiri  sekaligus produser Komunitas Akhir Pekan di Museum Yudhi Soerjoatmodjo.

Pria berkaca mata ini mengaku tur ke museum menjadi salah satu pengalaman yang traumatis dan tidak menyenangkan. Pasalnya, para siswa diajak menjelajahi museum dalam waktu singkat, mencatat semua perkataan pemandu mengenai koleksi sejarah, lalu membuat laporan perjalanan setelahnya.

“Ke museum itu tidak semestinya terburu-buru, karena museum itu tempat yang asyik untuk merenung,” ujarnya.

Pengalamannya itu kemudian menjadi bekal ketika dia mendirikan sekaligus memproduseri Akhir Pekan di Museum, sebuah program Museum Nasional bekerja sama dengan Teater Koma yang mementaskan lakon sejarah berdasarkan koleksi dan artefak budaya Museum Nasional setiap bulannya.   Program yang telah berjalan sejak 2013 ini bertujuan meningkatkan antusiasme masyarakat terhadap museum.

“Kami berharap ini bisa dijadikan model (bagi museum lainnya). Ini bukan hanya persoalan mendatangkan masyarakat ke museum, tapi bagaimana membuat orang tertarik kepada museum sehingga datang berkali-kali,” ujarnya.

Menurutnya, sebenarnya masyarakat di Indonesia sangat tertarik mempelajari sejarah dan kebudayaannya, terlebih setelah zaman Reformasi. Dia melihat ada upaya yang dilakukan masyarakat untuk menggali kembali  kebenaran sejarah dari berbagai versi.

Namun, katanya, masyarakat lebih gemar terhadap kisah sejarah yang disampaikan secara menarik dan interaktif. Generasi muda juga lebih menyukai kisah sejarah yang dibalut dengan sentuhan teknologi dan visual yang menarik.

Sayangnya hal tersebut belum bisa dijumpai di museum Indonesia. Informasi mengenai artefak kebudayaan terbatas pada keterangan yang tertempel di kotak koleksi, juga info yang didapat dari pemandu.

Oleh karena itu, tak mengherankan bila inovasi yang dilakukannya ini disambut antusias oleh pengunjung. Yudhi mengaku hingga saat ini, penonton Akhir Pekan di Museum meningkat hingga 150 orang per sesi, dari jumlah sebelumnya yang hanya sekitar 50 orang.

Beberapa judul pentas yang pernah diselenggarakan terdiri dari beragam tema menarik, antara lain Kuda Perang Pangeran Diponegoro, Habis Gelap Tebitlah Terang, Kapal Tek Sing, dan masih banyak lainnya. Setiap pementasan berdurasi 15 hingga 20 menit, dengan naskah yang merupakan adaptasi dari kajian budaya para peneliti di Museum Nasional.

Program ini mulai berlangsung sejak Mei hingga Desember setiap tahunnya. Hal ini karena penyelenggaraannya  harus menunggu terkucurnya anggaran Museum Nasional.

Ke depannya, Yudhi berencana melibatkan anak sekolah sebagai pemeran dalam drama sejarah. Harapannya, bermain drama bisa menjadi sarana pembelajaran yang menarik bagi anak untuk memupuk rasa ingin tahunya terhadap sejarah dan peradaban bangsa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Deandra Syarizka

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper