Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Australia Ungkit Bantuan Tsunami, Rektor Unsyiah: Kami Merasa Terhina dan Sedih

Masyarakat Aceh tersinggung dengan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengungkit kembali bantuan tsunami saat mendesak pengampunan dua warganya dari eksekusi mati pemerintah Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Aceh tersinggung dengan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengungkit kembali bantuan tsunami saat mendesak pengampunan dua warganya dari eksekusi mati pemerintah Indonesia.

Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh Samsul Rizal menilai bantuan tsunami 2004 merupakan komitmen kemanusiaan yang tidak semestinya dimintai balasan. Orang Aceh pun, kata dia, juga akan mengulurkan tangan bila musibah serupa terjadi di negara lain.

“Kami [masyarakat Aceh] merasa terhina dan sedih. Kami tidak pernah meminta bantuan untuk ditukarkan dengan sesuatu yang memaksa harus kita kabulkan,” tulisnya dalam pesan pendek kepada Bisnis.com, Sabtu (21/2/2015) pagi.

Samsul mengatakan anak-anak Aceh korban tsunami tumbuh dengan merasakan bantuan dari negara ataupun NGO (non-governmental organization). Untuk itu, dia meminta para pendonor tersebut  tidak menyinggung bantuan mereka karena akan membuka kembali lembaran duka para korban.

Australia memang salah satu negara yang berkontribusi besar membantu Aceh pascatragedi tsunami 26 Desember 2004. Pasukan Negeri Kanguru tiba di Tanah Rencong segera setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara terbuka meminta bantuan internasional untuk menangani bencana terdahsyat Abad 21 itu.

Militer Australia pun terlibat dalam aksi-aksi kemanusiaan seperti pencarian dan penguburan mayat korban hingga menyediakan penyulingan air bersih. Sementara itu, pemerintah Australia yang saat itu dipimpin PM John Howard memberi bantuan ratusan juta dollar Australia dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh.

Samsul mengakui peran penting negara bekas jajahan Inggris itu. Dia merasa bantuan masyarakat dan pemerintah Australia saat itu disalurkan spontan atas dasar kemanusiaan. Sehingga, sambung dia, adalah aneh bila kemudian Tony Abbott menjadikannya sebagai alat tukar untuk terpidana mati kasus narkoba.

“Seandainya kami punya uang untuk mengembalikan bantuan Australia, tentu akan kami kembalikan. Tetapi saya yakin warga Austalia tidak berpandangan sama dengan Tony Abbott,” ujar guru besar Fakultas Teknik Unsyiah ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper