Bisnis.com, WASHINGTON - Washington terbuka untuk semua pilihan di tengah makin meningkat kemelut di Ukraina, tetapi Negeri Paman Sam ini belum memutuskan akan mengirim senjata ke Kiev untuk membantu pertempuran melawan pemberontak atau tidak.
The New York Times, seperti dikutip Antara, Selasa (3/2/2015), melaporkan pada Minggu (1/2/2015), bahwa Amerika Serikat dan NATO cenderung akan mengirimkan senjata pertahanan untuk militer Ukraina, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry berada di Kiev pada pekan ini untuk melakukan pembicaraan.
Juru bicara Menteri Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan pihaknya terus mengevaluasi kebijakannya di Ukraina untuk memastikan kebijakan itu responsif, tepat, dan dapat dikalibrasi untuk mencapai tujuan atau sebaliknya.
"Washington sangat peduli tentang meningkatnya kekerasan separatis baru-baru ini dan separatis mencoba untuk memperluas wilayah yang berada dalam kendali mereka," kata Psaki kepada wartawan.
Tapi dia menegaskan sampai saat ini belum ada keputusan strategis yang telah dibuat pemerintah AS.
"Kami telah meningkatkan bantuan kami, termasuk berbagai bantuan non-mematikan dan berbagai peralatan -pelindung tubuh, helm, kendaraan- selama beberapa bulan terakhir ke Ukraina," kata Psaki.
"Kami terus membahas hal itu. Kami belum memutuskan pilihan mana yang kami ambil," katanya.
Jenderal Martin Dempsey, Pimpinan Kepala Staf Gabungan, terbuka untuk diskusi baru terkait upaya memberikan bantuan mematikan, seiring dengan pernyataan penasehat keamanan Barack Obama, Susan Rice, kepada surat kabar The New York Times pada Minggu.
Dia mengatakan pemerintah telah mempertimbangkan kembali masalah pemberian bantuan militer. "Pendekatan komprehensif diperlukan, dan kami setuju bahwa peralatan pertahanan dan senjata harus menjadi bagian dari diskusi itu," kata seorang pejabat Pentagon.
Psaki menolak membahas diskusi 'kebijakan internal' tetapi menekankan Washington mempertimbangkan "peristiwa-peristiwa di lapangan".
"Saya tidak berpikir ada yang ingin masuk ke perang proxy dengan Rusia. Itu bukan tujuan kami. Tujuan kami di sini adalah untuk mengubah perilaku Rusia," tambahnya.