Kabar24.com, JAKARTA - Setelah wafatnya Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz Al- Saud, mahkota kepemimpinan negara itu diserahkan pada saudara laki-laki Raja Abdullah, Raja Salman.
Menampuk roda pemerintahan, Raja Salman diyakini memiliki setumpuk persoalan yang harus segera diselesaikan.
Persoalan pertama yang juga menjadi persoalan negara-negara lain yakni kejatuhan harga minyak dunia yang diprediksi terus berlanjut sepanjang tahun ini. Peristiwa ini sempat ditakutkan akan mengguncangkan perekonomian domestik Arab Saudi.
Persoalan berikutnya, ancaman Islamic State (ISIS) untuk merobohkan dinasti kerajaan yang telah lama dikuasai oleh keluarga Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al- Saud.
Dalam pidato pertamanya sebagai Raja Arab Saudi, Raja Salman menyampaikan dia akan menjaga komunikasi yang baik dengan perusahaan-perusahaan eksportir minyak negara itu dan menjaga kesatuan negara-negara di regional Arab.
“Dengan kehendak Tuhan, kita akan melanjutkan kestabilan negara yang telah diperjuangkan oleh Raja Abdulaziz,” kata Salman seperti dikutip Reuters, Sabtu (24/1/2015).
Atas pidatonya tersebut, Salman diyakini tidak akan membuat perubahan apapun pada kebijakan-kebijakan negara itu, termasuk mengenai produksi minyak.
Seperti diketahui, Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud yang lahir pada 1924 wafat Jumat dinihari setelah sebulan terakhir dirawat di rumah sakit karena menderita pneumonia. Selama memimpin sejak Agustus 2005, Raja Abdullah telah memperbesar nilai perekonomian Arab Saudi hingga lima kali lipat.
Dengan memaksimalkan produksi melimpah minyak untuk menggenjot perekonomian negara, Raja Abdullah berhasil menjadikan Arab Saudi sebagai negara perekonomian terbesar di antara negara-negara tetangga regional tersebut.