Bisnis.com, WASHINGTON--Ekonom kawakan menilai ekonomi Eropa masih akan mengalami masa sulit pada 2015 meskipun European Central Bank (ECB) akan melancarkan kebijakan moneter yang lebih agresif.
"Biaya operasi stimulus skala penuh terlalu besar jika dibandingkan dengan potensi hasilnya yang terlalu kecil," ujar Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat Lawrence Summers, Selasa (6/1/2015).
Summers membandingkan situasi Eropa dengan Jepang pada akhir 1990-an sebelum akhirnya Negeri Samurai terjerumus dalam kondisi deflasi, yang mengalami masalah pertumbuhan lemah dan sistem finansial yang tidak stabil.
Secara terpisah, inflasi Jerman yang merupakan kekuataan ekonomi terbesar di Eropa tercatat melambat ke angka 0,1% untuk Desember 2014 atau terendah sejak Oktober 2009.
Kantor Statistik Federal menyatakan merosotnya harga minyak mentah dunia turut menyeret turunnya inflasi nasional dan memberi ancaman terhadap inflasi nasional serta kawasan pada bulan-bulan awal 2015.