Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LONGSOR BANJARNEGARA: Waspada, Ada 34 Titik Longsor di Sekitar Lokasi Bencana

Tim Mitigasi Bencana Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada mengingatkan zona rawan bencana tanah longsor di tiga kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dalam radius 7-10 km dari area longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang.
Longsor Banjarnegara./Antara
Longsor Banjarnegara./Antara

Bisnis.com, JOGJA - Tim Mitigasi Bencana Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada mengingatkan zona rawan bencana tanah longsor di tiga kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dalam radius 7-10 km dari area longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang.

Tiga kecamatan itu antara lain Kecamatan Karangkobar, Kecamatan Wanayasa, dan Kecamatan Pagentan.

Wahyu Wilopo, Tim Mitigasi Bencana FT UGM, mengemukakan terdapat 34 titik longsor dalam radius 7 - 10 km dari titik kejadian longsor di Dusun Jemblung yang menelan lebih dari 100 korban jiwa.

Titik-titik tersebut menunjukkan tanda-tanda longsor seperi retakan, amblesan, penggembungan lereng, yang diikuti dengan longsoran tanah.

Jumlah titik tersebut kemungkinan bertambah mengingat hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi masih turun di sekitar lokasi bencana.

"Longsor terpusat di Karangkobar. Tetapi radius 7 - 10 km di arah utara, barat, dan timur lokasi longsor harus diwaspadai," ujarnya saat memaparkan hasil laporan investigasi bencana tanah longsor Banjarnegara di UGM, Yogyakarta, Senin (15/12).

Wahyu mengatakan pihaknya telah melakukan investigasi dan meneliti kondisi geologi di lokasi sekitar bencana di Karangkobar, Banjarnegara, pada Sabtu (13/12) dan Minggu (14/12).

Kecamatan Karangkobar, ujarnya, merupakan daerah rawan bencana longsor dengan ketinggian lereng di sekitar lokasi mencapai 100 meter dan daya jangkau longsoran mencapai jarak 500 meter.

Dia mengemukakan kondisi peta geologi di kawasan tersebut terdiri dari lereng yang curam hingga sangat curam, lapisan tanah yang sangat tebal dipengaruhi oleh proses pelapukan yang berasal dari dalam dan luar bumi, serta struktur geologi yang kompleks dengan jumlah jalur patahan cukup banyak.

Hasil investigasi, tambahnya, menunjukkan bahwa posisi areal sawah dan kebun kurang sesuai sehingga cenderung memperbesar potensi longsor. Di sisi lain, lanjutnya, terdapat sistem drainase yang kurang baik.

"Penggunaan lahan, penempatan area-area, cenderung kurang aman. Sebagai contoh, posisi sawah ada di atas rumah. Ini berbahaya sebab jika terjadi air melimpah atau longsor bisa mengenai rumah. Sistem drainase juga harus diatur lebih baik," katanya.

Wahyu mengemukakan faktor pemicu tanah longsor di Karangkobar yakni curah hujan yang tinggi di lokasi yang memang sudah rawan bencana. Pada hari kejadian, yakni pada Jumat (12/12), intensitas curah hujan di wilayah tersebut mencapai 101,8 mm/hari. Sehari sebelumnya, Kamis (11/12), curah hujan juga tinggi dengan intensitas 112,7 mm/hari, jauh lebih tinggi dibandingkan intensitas hujan pada Rabu (10/12) yang hanya 33 mm/hari.

"Jadi banyak faktor penyebab. Terutama penggunaan lahan yang kurang aman, kemudian dipicu oleh curah hujan yang tinggi," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengingatkan penduduk yang tinggal di lokasi serupa agar waspada dan bersiap-siap mengungsi apabila hujan turun cukup deras dan dalam waktu yang lama.

"Kalau hujan terjadi selama lebih 2 jam atau curah hujan lebih dari 50mm/jam meskipun belum 2 jam, jangan timbang-timbang lagi, harus mengungsi. Tidak usah menunggu," katanya.

Selanjutnya, masyarakat juga harus waspada terhadap tanda-tanda longsor, yakni keretakan tanah, amblesan, mata air keruh secara tiba-tiba, dan kondisi dinding rumah yang retak ataupun pohon/tiang listrik yang tampak miring.

Saat ini, ujar Wahyu, sebanyak 60% penduduk Indonesia tinggal di daerah lereng dataran tinggi yang rawan risiko bencana tanah longsor. Dari prosentase tersebut, sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dan memiliki tingkat pendidikan menengah ke bawah.

Oleh karena itu, ujarnya, perlu pendekatan khusus dalam melakukan sosialisasi dan mengubah paradigma masyarakat terkait upaya mitigasi, dan pencegahan bencana.

Menurut dia, Pemerintah Pusat dan Daerah mempunyai peran penting dalam memberikan pengertian kepada masyarakat khususnya terkait pengembangan sistem tata guna lahan dan sistem drainase yang baik untuk meminimalisir potensi bencana.

“95% longsor terjadi karena drainase tidak baik kemudian dipicu curah hujan yang lebat,” ujar Wahyu.

Teuku Faisal Fathani, Tim Mitigasi Bencana Fakultas Teknik UGM, menambahkan beberapa kecamatan di sekitar Banjarnegara merupakan kawasan yang pernah dipasangkan alat deteksi longsor buatan UGM pada 2007.

Menurut dia, Kecamatan Karangkobar termasuk peringkat pertama daerah berisiko tinggi. Hanya saja, alat tersebut batal dipasang di Karangkobar karena terhambat persoalan sosial.

"Alat yang kita pasang memberi peringatan dini lewat bunyi sirine yang berbunyi 4 jam sebelum kejadian. Ada tiga jenis bunyi yang masing-masing menunjukkan tingkat kemungkinan bahaya," katanya.

Menurut dia, pemerintah perlu menerapkan teknologi sistem peringatan dini deteksi bencana longsor untuk menghindari kejadian serupa terulang setiap tahun. Di sisi lain, Tim Mitigasi juga merekomendasikan sejumlah hal.

Salah satunya yaitu segera mengidentifikasi daerah rawan longsor dan rapid mapping dari berbagai sumber data, sumber peta, citra satelit, data cuaca, data lokasi pemukiman, penggunaan lahan untuk analisis yang terintegrasi. Kemudian, sosialisasi segera terhadap masyarakat yang tinggal di daerah bahaya longsor.

Selanjutnya, perlu upaya mitigasi struktural pada daerah prioritas berupa penataan geometri lereng dan drainase serta perkuatan lereng. Dan, pada waktu yang sama dilakukan upaya mitigasi non struktural dengan penguatan kelembagaan siaga desa, jalur evakuasi, sistem peringatan dini, dan sebagainya.

"Perlu pengembangan sistem tataguna lahan pertanian/kehutanan yang tepat untuk upaya penguatan lereng pada daerah rawan longsor yang diikuti dengan pembuatan sistem drainase yg baik," ujar Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggi Oktarinda
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper