Bisnis.com, PADANG - Meski tekanan ekonomi secara nasional masih besar, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,8%, yang ditopang sektor pertanian, perdagangan, dan jasa angkutan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis sepanjang triwulan III/2014 produk domestik regional bruto (PDRB) daerah tersebut mencapai Rp36,7 triliun atau meningkat 2,2% dari triwulan sebelumnya.
“Artinya, secara umum pertumbuhan ekonomi cukup menjanjikan, dan di atas angka nasional,” ujar Yomin Tofri, Kepala BPS Sumbar di Padang, Rabu (5/11).
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumbar masih ditopang sektor pertanian 22,4%, perdagangan, hotel dan restoran 19,1%, dan sektor angkutan dan komunikasi 17,2%.
Namun dari sisi produksi, pertumbuhan itu didominasi oleh tumbuhnya sektor bangunan yang mencapai 3,5%. Kondisi Sumbar yang masih dalam proses pembenahan pasca gempa lima tahun lalu, diikuti menggeliatnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan swasta.
Sementara itu dari sisi penggunaan, Yomin menyebutkan pengeluaran konsumsi pemerintah mendorong pertumbuhan hingga 4,6%, termasuk kegiatan pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi rumah tangga.
Meski sudah mencapai pertumbuhan tinggi, dia mengingatkan pemerintah daerah harus tetap hati-hati karena sejumlah sektor justru tumbuh negatif, yakni ekspor barang turun 1,8% dan impor barang naik 14,1%.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi 5,8% itu tidak diikuti optimisme masyarakat terhadap peningkatan pendapatan. Indeks tendensi konsumen Sumbar justru berpotensi menjadi yang terendah dari 10 provinsi di Sumatra.
Perkiraan optimisme konsumen pada triwulan IV/2014 hanya 103,91 atau terendah dari 10 provinsi di Sumatra, jauh di bawah indeks nasional sebesar 109,64. Triwulan III tahun ini indeks tersebut masih 108,91 atau masih di bawah angka nasional 112,44.
“Pesimisme itu disebabkan harga komoditas utama seperti CPO dan karet secara global masih anjlok, sehingga masyarakat tidak yakin pendapatannya naik,” jelasnya.
Dia menyebutkan indeks tendensi konsumen mengukur perkiraan masyarakat terhadap pendapatan, inflasi, dan tingkat konsumsi, sehingga hasilnya bisa saja berbeda di tiap daerah. Karena tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat ikut menentukan.
Ekonom Universitas Andalas Elfindri mengingatkan pemerintah daerah mendorong usaha-usaha mikro dan kecil sebagai basis pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan akses pembiayaan kepada kelompok tersebut.
“Saya melihat ada tren migrasi UMKM ke luar Sumbar, dengan alasan mencari daerah yang lebih potensial. Pemda harus dorong UMKM ini tumbuh, terutama usaha pemula, berikan akses dengan skema pembiayaan yang memudahkan mereka,” katanya.