Bisnis.com, MANADO--Badan Pusat Statistik mencatat Kota Manado, Sulawesi Utara, mengalami inflasi sebesar 1,42% sepanjang Oktober 2014 atau berada di atas rerata inflasi nasional 0,47%.
Kondisi tersebut menyebabkan inflasi tahun kalender daerah tersebut tercatat sebesar 3,99%, sedangkan inflasi secara year on year mencapai 6,44%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara (Sulut) Luctor E. Tapiheru menuturkan realisasi inflasi tersebut di luar perkiraan yang sebelumnya disampaikan.
“Pada bulan Oktober 2014, Kota Manado diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,29±1% secara month to month, ternyata lebih dari itu,” ujarnya, Senin (3/11/2014).
Menurutnya, pihaknya semula memperkirakan inflasi akan ditekan oleh sejumlah faktor, terutama harga cabai rawit (rica), kenaikan tarif listrik, dan kenaikan harga elpiji 12 kg.
Namun, BPS menyampaikan kenaikan harga elpiji 12 kg berkontribusi sekitar 29% kepada pergerakan inflasi sepanjang bulan lalu.
“Semula, memang elpiji telah diprediksi tetapi tidak sampai besar begini. Kita semua tahu, tidak ada gejolak selama ini pada elpiji, seperti kelangkaan ataupun harga. Buktinya adem ayem,” tegasnya.
Meskipun demikian, realisasi inflasi Kota Manado sepanjang tahun ini diperkirakan dapat lebih rendah ketimbang target inflasi nasional atau 5,10±1% (yoy), sehingga inflasi di akhir 2014 diperkirakan sebesar 4,29±1% (yoy).
Relatif meningkatnya tekanan inflasi di kuartal IV dibandingkan dengan kuartal III sesuai dengan pola musiman di akhir tahun yang didorong perayaan Natal dan Tahun Baru.
Faktor risiko lain yang dapat menambah tekanan inflasi akhir tahun, di antaranya potensi dampak El-Nino terhadap produksi pangan, lanjutan kenaikan tarif listrik, serta peningkatan ekspektasi inflasi seiring isu kenaikan harga BBM bersubsidi sebagaimana tercermin dari Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia.