Bisnis.com, PADANG - Kalangan perbankan lebih optimistis melihat pasar Sumatra Barat meski tekanan terhadap industri perbankan masih mengintai. Fokus di pasar ritel dan usaha kecil menengah menjadi strategi mendongkrak kinerja.
Direktur Pemasaran dan Syariah PT BPD Sumbar (Bank Nagari) Indra Wediana mengaku lebih optimistis melihat industri perbankan Sumbar, meski tekanan di sektor tersebut masih tergolong besar.
“Strateginya meningkatkan porsi penyaluran kredit ke sektor-sektor produktif UKM dan retail. Kami fokus di kredit skala kecil, dengan menargetkan market share hingga 40% pasar Sumbar,” katanya kepada Bisnis, Jumat (30/10/2014).
Dia menyebutkan, saat ini bank milik pemda itu sudah menguasai 30% lebih pasar Sumbar dari 84 bank umum yang beroperasi di daerah tersebut. Namun, persentase itu dinilai masih kecil. Untuk tahun depan mereka menargetkan penguasaan hingga 40% pasar.
Makanya, Bank Nagari kata Indra, mengerem upaya ekspansi ke daerah lain, dan memilih menggarap pasar Sumbar dengan memperkuat jaringan hingga ke pelosok desa.
Saat ini, jaringan bank tersebut di luar Sumbar hanya ada di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Riau. Sejak tahun lalu, manajemen memutuskan untuk memperkuat pasar lokal, dengan alasan biaya yang digunakan untuk membuka cabang di luar terlalu besar.
Senada, Branch Manager Padang PT BNI Syariah Asep Mulyana menuturkan pasar Sumbar berbeda dengan provinsi lain di Sumatra bagian tengah seperti Riau dan Jambi yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas sawit dan karet.
“Di Sumbar itu pertaniannya didominasi sektor konsumsi. Seperti padi, cabai, dan bawang, jadi tidak terlalu berdampak. Juga sektor jasanya tumbuh. Makanya kami lebih optimis melihat pasar Sumbar,” katanya.
Dia menyebutkan prioritas pembiyaan BNI Syariah masih di sektor retail yang meliputi jasa perdagangan dan pertanian skali kecil. Selain itu pembiayaan juga diberikan untuk sektor properti dan perumahan yang mulai menggeliat.
Apalagi, menurutnya, Padang pasca gempa tengah mengejar ketertinggalan dari daerah lain, sehingga pembangunan infrastruktur terus dipacu. Baik pembangunan yang dilakukan pemerintah maupun oleh sektor swasta.
Muhammad Ilham, Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat menyebutkan kinerja perbankan di wilayah tersebut masih terbilang bagus, meski tidak tumbuh secara signifikan.
Data OJK per Agustus 2014 mencatatkan kinerja perbankan di Sumbar masih tumbuh. Nilai aset perbankan umum dan BPR tumbuh 7,31% atau Rp47,48 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp44,25 triliun.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 14,32% menjadi Rp30,24 triliun dari Agustus tahun lalu yang hanya Rp26,45 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 6,37% atau hanya menjadi Rp36,84 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp34,63 triliun.
Ilham meyakini sampai akhir tahun, kinerja tersebut bisa lebih baik mengingat sudah selesainya proses peralihan pemerintahan. Dia optimistis kinerja industri perbankan di Sumbar di atas rata-rata nasional.