Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Eropa yang masih tertekan tanpa adanya perbaikan yang cukup signifikan terbukti memberi angin segar bagi pertumbuhan investasi nasional karena banyak investor lari ke Indonesia.
Kondisi ini tergambar dari realisasi investasi langsung asing (FDI) awal tahun hingga kuartal III/2014 yang menunjukkan adanya tren peningkatan dari Eropa di saat empat benua lain Asia, Amerika, Australia, dan Afrika mengalami fluktuasi yang cenderung menurun.
Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan anjloknya perekonomian Eropa pada gilirannya akan membuat investor dari sana memilih berinvestasi ke luar yang di nilai masih prospektif untuk berkembang seperti Indonesia.
"Enggak mungkin mereka investasi di sana. Apalagi bunga di sana kan sangat murah, ujarnya kepada Bisnis, Rabu (22/10).
Seperti diketahui, Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan suku bunga acuannya sebagai upaya untuk mendukung perekonomian Zona Euro yang sedang rapuh. Awal September lalu, ECB menurunkan tiga suku bunga acuan utama sebanyak 10 basis poin, yaitu suku bunga acuan menjadi 0,05%, suku bunga deposito menjadi 0,02%, dan suku bunga margin lending facility menjadi 0,3%.
Presiden ECB Mario Draghi pun menegaskan akan mempertahankan kebijakan ekonomi longgar sampai inflasi zona euro terkerek naik ke level 2%. Laporan terkini Eurostat yang dilansir pertengahan September menunjukkan tingkat inflasi area Eropa masih tertahan di level 0,4%.
Kondisi perekonomian yang memburuk, lanjut Lana, membuat perusahaan-perusahaan Eropa memilih menginvestasikan ke negara-negara seperti Indonesia yang suku bunganya masih tinggi dengan prospek perekonomian yang masih seksi
Sejak awal tahun hingga kuartal III/2014, tren peningkatan nilai investasi langsung asing (PMA) dari Eropa terus terjadi. Pada kuartaL I/2014, nilai investasi mencapai level US$488,9 juta. Sementara dua kuartal berikutnya berturut-turut mencapai US$1.108,6 juta dan US$1.819,8 juta.