Bisnis.com, HONG KONG– Demonstran kembali memenuhi jalanan Hong Kong setelah perundingan antara pemimpin pelajar Hong Kong yang menuntut demokrasi penuh dengan pihak pemerintah tidak mencapai titik temu.
Total hampir sebulan Hong Kong berada dalam situasi tidak kondusif. Para pelajar yang memimpin demonstrasi konsisten menolak calon pemimpin Hong Kong yang merupakan loyalis pemerintah pusat. Hal tersebut menyebabkan perekonomian Hong Kong kurang produktif.
“Saya akan berpartisipasi siang ini untuk menyampaikan ketidakpuasan kami [atas intervensi pemerintah pusat],” ungkap salah seorang demonstran, Kelvin Kwan.
Seperti diketahui, Agustus lalu Beijing memberikan keleluasaan pada Hong Kong untuk memilih sendiri pemimpinnya pada pemilihan umum 2017 mendatang, namun mengintervensi penetapan kandidat. Pemerintah pusat diduga khawatir pengaruh Partai Komunis akan hilang di Hong Kong.
Padahal, sebagai negara bekas jajahan Inggris, Hong Kong menganut hukum peninggalan Negeri Ratu Elizabeth yang memberikan kebebasan sebesar-besarnya pada warga untuk menentukan dan memilih siapa pemimpin mereka.
Sebelumnya, demonstran bersedia melaksanakan perundingan dengan pemerintah pusat karena pemimpin Hong Kong saat ini CY Leung menyampaikan kemungkinan pemberian demokrasi penuh dari Beijing terbuka lebar, jika demonstran bersedia melunak dan mendiskusikan hal itu.
“Ada ruang untuk diskusi sehingga pemilihan mendatang dapat lebih demokratis,” kata Leung beberapa waktu lalu. Sayangnya, diskusi yang digelar Selasa lalu tersebut berlangsung tanpa hasil yang memuaskan kedua belah pihak.