Bisnis.com, BANDARLAMPUNG - Mahasiswi Darmajaya Lampung, Bunga Vania (22), berhasil menciptakan software pendeteksi penyakit flu burung.
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika ini menjelaskan perangkat lunak pendiagnosa flu burung yang dia ciptakan ini dibuat dengan menggunakan Program MATLAB R2008a.
Dia mengemukakan software buatannya secara otomatis mendeteksi kerusakan pankreas pada gambar yang diambil dari mikroskop digital.
"Virus H5N1 umumnya menyerang beberapa bagian organ utama pada unggas, terutama di bagian pankreas. Salah satu indikator unggas terinfeksi flu burung adalah adanya nekrosis atau kematian sel pada organ, dalam hal ini adalah pankreas. Software ini mampu membaca keberadaan nekrosis pada citra atau gambar di jaringan pankreas".
Bunga menambahkan, software bekerja dengan menerapkan operasi morfologi citra digital yang dapat mendeskripsikan bentuk suatu objek di dalam citra.
Untuk proses pendeteksian, pengguna terlebih dahulu menyimpan beberapa citra dari pengamatan jaringan pankreas ayam dengan mikroskop digital ke dalam komputer.
Kemudian citra-citra tersebut diinputkan ke dalam sistem untuk diproses menggunakan operasi morfologi citra digital. Operasi morfologi citra digital ini dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk suatu objek di dalam citra. Dalam hal ini bentuk yang dimaksud adalah daerah nekrosis pada citra jaringan pankreas.
Menurut dia, jika daerah nekrosis terdeteksi pada citra jaringan pankreas, maka sistem akan otomatis memberikan outline untuk memperjelas daerah nekrosisnya.
Selanjutnya hasil pendeteksian ini dapat dijadikan dasar untuk diagnosa flu burung.
Putri pasangan dari Supoyo dan Tri Lestari ini mengaku menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk menciptakan perangkat lunak ini.
Dia berharap software ini bisa menjadi alternatif bagi peneliti untuk mengamati kerusakan jaringan dalam rangka pengembangan ilmu patologi, khususnya penyakit flu burung.
Kendati demikian, Bunga mengakui temuannya masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, karena sampel yang dilakukan masih dalam skala kecil.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dibutuhkan uji sampel yang lebih besar. "Di samping itu, dapat pula disempurnakan dengan pendeteksian yang dibuat secara realtime dari sampel gambar mikroskop digital".(ant/yus)