Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas sektor nonmanufaktur atau sektor jasa China melambat pada September, mengkonfirmasi perekonomian negara tersebut masih harus berjuang melawan keterpurukan pasar properti.
Data pembelian manajer (Purchasing Manager’s Index/PMI) yang dipublikasikan Biro Statistik Nasional China dan China Federation of Logistic and Purchasing (CFLP) akhir pekan lalu menunjukkan indeks jasa 54,0, melambat dari indeks bulan sebelumnya 54,4.
Sektor properti terkait dengan lebih dari 40 sektor lain dan berkontribusi hingga 15% terhadap PDB negara tersebut.
“Sektor properti masih membebani sektor jasa. Pasar properti menunjukkan tren perlemahan dan aktivitasnya tak kunjung pulih,” ungkap dewan CFLP pascapublikasi data di Beijing, Jumat (3/10).
Data indeks sektor jasa dipublikasikan menyusul optimistis sejumlah analis dan pengambil kebijakan yang sebelumnya sempat menyatakan sektor jasa dapat menjadi mesin penggerak pertumbuhan semester kedua Negeri Panda.
Per Agustus lalu, sektor jasa merupakan salah satu dari segelintir indikator ekonomi yang menunjukkan tren laju positif. Adapun PMI sektor tersebut pada Agustus adalah 54,4, naik dari indeks Juli, 54,2. Nyatanya, keterpurukan properti kembali melesukan industri jasa.
Sektor properti terkait dengan lebih dari 40 sektor lain dan berkontribusi hingga 15% terhadap PDB negara tersebut.
Beberapa waktu lalu pemerintah juga telah mengimplementasikan sejumlah kebijakan untuk menggairahkan pasar properti seperti memangkas bunga KPR dan uang muka bagi pembeli properti.
Melambatnya sektor jasa juga diprediksi mengoreksi pendapatan produk domestik bruto (PDB) China tahun ini, sejalan dengan pemangkasan estimasi pertumbuhan oleh sejumlah ekonom beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, sektor jasa berkontribusi sebesar 46,6% PDB China pada paruh pertama tahun lalu. Pendapatan industri jasa naik 1,3% pada semester pertama dari periode sama tahun sebelumnya.