Bisnis.com,SOLO—Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Solo mencatat penurunan kredit kepemilikan rumah toko atau rumah kantor serta rendahnya pertumbuhan kredit kepemilikan rumah tinggal tipe di atas 70.
Kepala Perwakilan Wilayah BI Solo Ismet Inono menyatakan lesunya pertumbuhan sejalan dengan kebijakan LTV oleh Bank Indonesia yang mulai diberlakukan sejak September tahun lalu.
Menurutnya, khusus untuk KPR tipe 70 ke atas untuk fasilitas kredit kepemilikan rumah pertama diwajibkan terkena LTV sebesar 70%, fasilitas kredit kedua sebesar 60%, dan fasilitas ketiga dan seterusnya sebesar 50%.
“Itulah yang membuat kredit KPR rumah kantor menurun,” papar Ismet kepada Bisnis.com, Rabu (1/10/2014).
Dari sisi penyaluran kredit konsumtif, kata dia, pertumbuhan KPR bank umum pada Agustus 2014 sebesar 4,07% (mtm). Dari penyaluran KPR tersebut, KPR rumah tinggal tipe 22 sampai 70 bertumbuh sebesar 11,27% (m-t-m).
Adapun Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tercatat melambat 10,97% (y-o-y) dan 4,47% (m-t-m).
Hampir seluruh kredit kendaraan bermotor mengalami perlambatan, namun perlambatan terbesar dialami oleh kredit kendaraan bermotor roda empat yang secara nominal kredit turun hingga Rp14,25 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Ismet menambahkan kredit modal kerja mengalami pertumbuhan yang hampir sama dibandingkan dengan pertumbuhan kredit investasi yaitu sebesar 22,23% dan 22,51%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi sebesar
Kinerja perbankan secara umum di wilayah Soloraya pada Agustus 2014 meningkat. Secara tahunan (y-o-y), indikator utama perbankan bertumbuh cukup tinggi, meliputi aset (16,81%), dana pihak ketiga (DPK) (14,43%) dan kredit/pembiayaan (17,40%). Penyaluran kredit di sebagian besar sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Secara tahunan, kredit modal kerja mengalami pertumbuhan yang hampir sama dibandingkan dengan pertumbuhan kredit investasi yaitu sebesar 22,23% dan 22,51%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 5,09%.
Kredit modal kerja yang disalurkan di wilayah Eks Karesidenan Soloraya hingga Agustus 2014 sebesar Rp29,87 triliun atau meningkat sebesar Rp193,22 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, tumbuh sebesar 0,65% (m-t-m).
“Pertumbuhan kredit modal kerja utamanya berasal dari pertumbuhan di sektor perdagangan besar dan eceran, terutama dalam penjualan suku cadang dan aksesoris sepeda motor di Kota Solo serta perdagangan cengkeh seiring dengan adanya musim panen cengkeh di Kabupaten Karanganyar,” paparnya.