BIsnis.com, WASHINGTON--Washington menghadapi tekanan internasional untuk melonggarkan pelarangan ekspor minyak mentah, ditandai dengan desakan Korea Selatan, Meksiko, dan Uni Eropa.
Mulai dari Korea Selatan, Meksiko, dan Uni Eropa membuka peluang untuk meningkatkan perdagangan melalui ekspor minyak mentah dari AS.
Bahkan, salah satu perusahaan penyulingan minyak di Korea Selatan telah bernegosiasi dengan pemerintah AS untuk membuka peluang ekspor tersebut.
Joe Barton, Perwakilan Partai Republik dari Texas dan salah satu pemangku kebijakan yang bertemu dengan Presiden Korea Selatan Park Geun Hye mengemukakan pembukaan keran ekspor dapat melambungkan ekonomi Negeri Adi Kuasa ini.
“Hal itu juga berpotensi menambah mitra dagang di sektor energi. Saya akan berusaha untuk membalikkan regulasi itu,” katanya di Washington, Senin (1/8).
Hal itu juga berlaku dengan Meksiko yang masih berharap-harap cemas dapat mengambil keuntungan dari pembukaan ekspor minyak mentah dari Negeri Paman Sam itu.
Relaksasi ekspor minyak mentah AS cukup krusial bagi Meksiko mengingat cadangannya yang terus menunjukkan penurunan.
Di samping PEMEX, PMI Comercio Internacional juga mulai berkompromi dengan pemerintah AS terkait pengiriman minyak mentah ke Meksiko.
Selain itu, Uni Eropa juga berminat untuk menjadikan ekspor minyak mentah sebagai salah satu klausa dalam kerjasama perdagangan yang dikenal dengan Transatlantic Trade and Investment Partnership.
Seperti diketahui, revolusi shale gas yang dikembangkan oleh AS diproyeksikan mampu memompa produksi minyak mentah melampaui Rusia dan Arab Saudi.