Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MEA 2015: Pekerja di Sektor Industri Belum Siap Bersaing

Minimnya pekerja profesional di bidang industri dan penerapan budaya kerja membuat tenaga kerja Indonesia belum siap dalam menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, SEMARANG - Minimnya pekerja profesional di bidang industri dan penerapan budaya kerja membuat tenaga kerja Indonesia belum siap dalam menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi The Habibi Center (THC) Wardiman Djojonegoro dalam seminar Sinergi Daihatsu dengan Dunia Pendidikan Menyongsong Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 di Aula Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Kamis (28/8/2014).

Wardiman yang juga mantan Menteri Pendidikan Indonesia mencontohkan ada perusahaan mobil terbesar nomor dua di dunia yang hendak mendirikan pabrik di Indonesia tepatnya di Gresik Jawa Timur.

Namun mengingat tidak ada tenaga ahli atau tenaga profesional di Indonesia, pembangunan pabrik terpaksa ditunda bahkan distop.

“Kemungkinan mereka akan membangun pabrik setelah pasar bebas Asean 2015 dibuka. Ini menjadi ancaman besar bagi tenaga kerja Indonesia,” terangnya, Kamis (28/8/2014).

Pihaknya menerangkan pekerja Indonesia dengan upah yang cukup tinggi dibandingkan Vietnam mestinya bisa lebih profesional dari sisi keterampilan maupun soft skill atau budaya industri. Jika persoalan soft skill dan minimnya tenaga ahli diabaikan oleh pemerintah dan stakeholder, kata Wardiman, kemungkinan besar angka pengangguran di Indonesia kian meningkat.

“Gampangnya gini, pekerja asing yang mempunyai kemampuan lebih dengan gaji yang lebih rendah contohnya Vietnam [upah gaji perbulan] Rp900.000. Maka perusahaan akan memilih tenaga asing dengan upah lebih murah,” terangnya.

Pihaknya memaparkan jajaran kementerian baik dari Kementerian Pendidikan, Kementerian Perindustrian dan kementerian terkait harus bersinergi untuk mencetak generasi muda yang sesuai dengan kriteria industri besar. Dari lingkup sekolah, kata dia, bisa dimulai dengan pembelajaran soft skill yang mestinya dilakukan oleh guru.

“Kalau keterampilan teknologi itu tanggungjawab sekolah, tapi di sekolah tidak diajarkan budaya kerja, misalnya tepat waktu, displin kerja, ulet. Padahal, tes di sejumlah perusahaan besar yang akan dilihat justru budaya kerja,” kata dia.

Ketua Forum Badan Koordinas Sertifikasi Profesi (BKSP) Indonesia Hertoto Basuki mengatakan Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja supervisor sampai manager. Namun setelah dihitung secara keseluruhan, kata dia, tenaga kerja yang memenuhi tenaga kerja setingkat manager hanya 8 juta, sisanya sekitar 9 juta merupakan tenaga profesional dari luar negeri.

“Kami mencoba mentranfer data sistem kerja dari perguruan tinggi, kira-kira yang membutuhkan ada berapa. Dari sana bisa diketahui tenaga kerja yang profesional sesuai bidangnya,” kata dia.

Amelia Tjandra, Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor memaparkan seminar diperuntukkan bagi kepala sekolah dan guru SMK binaan Daihatsu yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.

“Program pintar bersama Daihatsu merupakan komitmen Daihatsu membantu peningkatan kualitas pendidikan khususnya SMK di Indonesia. Dengan seminar ini, kami harapkan lulusan SMK bisa berdaya saing tinggi di dunia industri dalam penerapan MEA 2015,” paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper