Bisnis.com, LONDON— Pemulihan pasar saham Yunani semakin tergerus di tengah memburuknya prospek ekonomi Eropa, khususnya zona euro.
“Yunani merupakan salah satu pelaku pasar tahun lalu, tetapi saya belum yakin jika negeri itu akan tetap pada posisinya tahun depan. Investor pastinya mencari keuntungan yang signifikan sehingga mereka [investor] bakal mencari\nya di tempat lain,” ungkap Peter Garnry, Ketua Strategi Ekuitas Saxo Bank A/S di Hellerup, Denmark, Selasa (19/8).
Meski valuasi saham zona euro melonjak tiga kali lipat, Garnry menilai hal itu belum mampu membuktikan bahwa ekonomi kawasan bermata uang tunggal telah pulih dari resesi 6 tahun lalu.
Investor asing justru lebih berminat terhadap ekuitas di emerging markets, terpukul akibat efek sanksi Rusia.
Sebut saja, di antara acuan saham terbaik di Eropa tahun lalu, bursa saham Yunani yaitu ASE Index menunjukkan kinerja terburuk dengan merosot 21%.
Penurunan tersebut juga mempengaruhi berkurangnya pendapatan perusahaan.
Tidak hanya itu, Yunani juga sempat direklasifikasi menjadi negara berkembang pada November tahun lalu sehingga bursa saham Yunani terpukul dengan depresiasi euro.
Sebaliknya, saham mulai dari Brazil sampai Thailand serentak menguat, tetapi ekuitas Yunani justru tidak mengikuti tren penaikan itu karena terseret keterpurukan pasar saham Eropa.
ASE Index meluncur turun 11% sejak akhir Juni lalu, mencatatkan performa terburuk di antara 92 acuan saham di dunia dan diikuti dengan penurunan lebih dalam hingga 21% pada Maret tahun ini.
Pada saat yang sama, Stoxx Europe 600 Index juga terperosok 2,4% sejak Juni tahun ini, setelah memanasnya krisis di Ukraina, Irak, dan Israel.