Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Inggris, Diprediksi Menguat Tahun Ini

Rentetan penguatan ekonomi Inggris semakin mengarahkan potensi pemulihan hingga mampu mengerek naik proyeksi pertumbuhan tahun ini.
Mata uang Inggris/Reuters
Mata uang Inggris/Reuters

Bisnis.com, LONDON— Rentetan penguatan ekonomi Inggris semakin mengarahkan potensi pemulihan hingga mampu mengerek naik proyeksi pertumbuhan tahun ini.

National Institute of Economic and Social Research (NIESR) merevisi naik prospek ekonomi Negeri Ratu Elyzabeth menjadi 3% dari estimasi sebelumnya 2,9% pada tahun ini dan 2,3% pada 2015. Tetapi, masa pemulihan ekonomi dari puncak resesi 2008 secara bertahap, setidaknya sampai 2017.  

Salah satu yang menghambat potensi pemulihan ekonomi adalah rendahnya produktifitas, bahkan tergolong buruk dibandingkan kelompok G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.

Selain itu, NIESR menilai kondisi pasar properti dan pertumbuhan kredit perumahan merupakan fokus utama pemerintah dalam jangka pendek.

Penguatan ekonomi Inggris juga sekaligus meningkatkan ekspektasi terkait kenaikan suku bunga dan mengakhiri periode pengetatan moneter. Berdasarkan survei Bloomberg, Bank of England (BOE) akan mempertahankan suku bunga di posisi 0,5% pada pertemuan Kamis (7/8) mendatang.

“Tekanan penaikan upah masih terbatas. Poin yang krusial adalah seberapa cepat upah terakselerasi, tetapi belum ada indikasi itu akan terjadi dalam waktu dekat,” kata David Blanchflower dan David Bell, professor ekonomi University of Stirling di London, Selasa (5/8).

Blanchflower mengungkapkan lemahnya pertumbuhan upah bakal memaksa BOE untuk mempertahankan pelonggaran moneter. Gaji, tidak termasuk bonus, tercatat melaju lambat pada Mei tahun ini.

Selain itu, NIESR memprediksi inflasi masih bertengger di bawah target BOE 2% yaitu 1,6% pada tahun ini dan 1,8% pada 2015.

“Dalam jangka pendek, kami kira tekanan inflasi tidak akan terlalu besar. Hal itu disebabkan oleh kondisi pasar tenaga kerja dan apresiasi pound,” tambah Simon Kirby, ekonom NIESR. (Reuters/Bloomberg)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper