Bisnis.com, WASHINGTON--Google Inc belum dapat membantu proses investigasi yang diselenggarakan oleh beberapa negara bagian terkait izin penayangan iklan obat yang illegal serta video yang dilarang, demikian disampaikan oleh salah seorang pejabat penegak hukum di Mississipi seperti dilansir Bloomberg, Kamis (24/7).
Jaksa Agung Jim Hood berencana meminta informasi tambahan dari Google untuk mengetahui apakah perusahaan mesin pencari mendapat keuntungan dari aktivitas tersebut.
"Apa yang mereka katakan dalam rapat terdengar bagus tapi kemudian Anda dapat mengecek secara online dan ternyata itu tidak benar," kata Hood, yang terpilih sebagai presiden dari Asosiasi Pengacara Umum Nasional pada bulan Juni.
Permintaan menunjukkan pemerintah negara bagian dan federal berusaha untuk menegakkan hukum terhadap perusahaan-perusahaan besar untuk menekan penjualan barang dan konten palsu dan illegal melalui online. Industri barang palsu telah tumbuh secara diam-diam senilai US$18 miliar. Menurut Javelin Strategy&Research Inc., FedEx Corp dituntut oleh Amerika Serikat pada 17 Juli karena diketahui mengirimkan obat penenang, obat terlarang dan pil lainnya dari sebuah apotek online ilegal.
Menurut catatan Bloomberg, pada tahun 2011, Google setuju untuk membayar US$500 juta untuk menyelesaikan tuduhan Departemen Kehakiman bahwa iklan obat di situsnyadari toko obat di Kanada menyebabkan impor resep obat ilegal .
Google mengatakan dibutuhkan keseriusan pengguna untuk terus-menerus menghapus iklan dan konten ilegal, seperti video mengeksploitasi anak-anak.