Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENDIDIKAN KELUARGA: Mengajarkan Sikap Jujur & Antikorupsi

Auditorium di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta Selatan dipenuhi oleh guru dari Jakarta dan sekitarnya Kamis pekan lalu. Asep Tapip Yani terlihat duduk di belakang mendengarkan dengan seksama uraian presentasi Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
Pembelajaran mengenai antikorupsi sudah kuno bila diajarkan lewat texbook. /JIBI
Pembelajaran mengenai antikorupsi sudah kuno bila diajarkan lewat texbook. /JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Auditorium di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta Selatan dipenuhi oleh guru dari Jakarta dan sekitarnya Kamis pekan lalu. Asep Tapip Yani terlihat duduk di belakang mendengarkan dengan seksamauraian presentasi Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.

Asep, seperti para guru lain, datang untuk mengikuti penyuluhan lomba inovasi model pembelajaran antikorupsi di sekolah. Kepala Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kota Bandung itu mengatakan lomba inovasi model pembelajaran antikorupsi merupakan sebuah alternatif memotivasi para guru dalam cara mendidik.

Masih banyak guru yang mendikte murid-muridnya untuk bersikap ‘antikorupsi’, padahal sang guru pun juga sering melakukan korupsi-korupsi kecil misalnya datang ke kelas terlambat.

“Pembelajaran mengenai antikorupsi sudah kuno bila diajarkan lewat texbook, akan lebih efektif melalui contoh guru itu sendiri, misalnya, datang tepat waktu ke kelas,” ujar Asep.

Sejak 8 tahun lalu pendidikan antikorupsi memang disispkan di mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, Asep menyadari bahwa pendidikan tersebut harus disisipkan kesilabus-silabus mata pelajaran lain.

Penyisipan di setiap mata pelajara itulah yang menjadi sebuah tantangan guru masa kini. Sebagai seorang guru di sekolah keahlian, hal ini memaksanya untuk lebih kreatif karena cara berpikir murid sekolah vokasi berbeda dengan sekolah umum.

“Cara berpikir anak-anak SMK lebih cenderung mengutamakan aplikasi karena mereka terbiasa belajar praktik,” ujar Ketua Federasi Guru Independen ini.

Untuk menyisipkan pembelajaran antikorupsi, Asep menambahkan nilai-nilai antikorupsi pada kegiatan ekstrakurikuler dan pelajaran. Salah satu caranya adalah mengondisikan suasana belajar dalam kelas dengan diskusi terbuka untuk para muridnya.

Hal ini bertujuan agar para murid tidak segan dalam menyampaikan pendapat sekaligus mengarahkan mereka menghargai pendapat orang lain.

Suasana tersebut bertujuan untuk menggali karakter jujur mulai dari pemikiran dan tutur kata para murid. Dibandingkan dengan belajar dari hafalan, pembelajaran dengan perilaku akan lebih mudah merasuk.

Di dalam kelas, guru pun harus menerima pendapat dan menjawab secara lugas bila murid bertanya serta tidak memotong pembicaraan ketika para murid berpendapat.

Landasan nilai utama Mengajarkan Sikap Jujur & Antikorupsi pendidikan antikorupsi adalah jujur, karena mengajar di SMK, Asep menerapkan hal tersebut dengan praktik, misalnya, saat mengadakan kompetensi karya limiah membuat sepeda.

Setiap kelompok murid diberi satu model sepeda dan modal untuk membelanjakan bahan serta perlengkapan membuat sepeda. Ketika belanja bahan sepeda, para murid harus jujur melaporkan penggunaan uang dan hal-hal yang berkaitan dengan pembelanjaan seperti adanya potongan harga atau bonus saat membeli besi untuk rangka sepeda.

Kegiatan melaporkan setiap pengeluaran yang dibelanjakan para murid merupakan proses pembelajaran kejujuran. Asep bercerita saat itu dia menemukan murid yang tidak mengatakan bila ada potongan harga.

MENIRU DAN MENERAPKAN

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan terdapat sebuah proses regenerasi dari sikap korupsi. Pada dasarnya, anak-anak akan meniru dan menerapkan perilaku orang yang lebih tua.

Selain itu, perilaku korupsi juga sebagian besar dari keluarga. Hal ini merupakan penyalahgunaan kuasa para orang tua, sehingga terdapat sistem yang selalu terhasilkan kembali. Artinya, kelak ketika anak-anak yang telah terkena paparan sikap ketidakjujuran terus menerus tersebut kemungkinan besar akan bertindak hal yang sama.

“Tak hanya guru, orang tua di rumah juga harus mengerti dan membiasakan sikap jujur pada keluarganya. Masih banyak keluarga yang tidak memahami konsep ‘keluarga’ itu sendiri,” katanya.

Mendekati anak-anak, terutama dalam usia remaja sebaiknya memahami ‘dunia’ mereka terlebih dahulu.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat anak-anak cenderung menyukai belajar menggunakan gadget, bahkan seringkali kemampuan mereka menjelajah dunia maya lebih jago daripada orang tuanya.

“Orang tua dan guru harus paham budaya pop sekarang, mengerti istilah hipster, musik hip-hop, film, bahkan gadget yang dipakai mereka,” katanya. Memahami budaya anak-anak masa kini merupakan upaya membuka diri dalam mendekati anak-anak sehingga tidak terjadi jurang antar generasi yang lebar.

Bambang menambahkan saat ini para remaja tidak menggunakan orang tua atau guru sebagai basis pendidikan mereka karena telah menemukan cara praktis belajar melalui Internet. Oleh karena itu, bila pada guru dan orang tua tidak paham budaya mereka, para remaja pasti akan menjauh.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Inda Marlina
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (13/7/2014)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper