Bisnis.com, JAKARTA - Kolega saya mengeluhkan pengendara mobil di jalan ketika sedang berjalan ke kantor, Kamis (12/6/2014). Pengendara mobil itu membuang sampah seperti tisu dan bekas botol minum air mineral dari jendela tepat di samping sisi dirinya berjalan. Dengan tidak bertanggungjawab, mobil itu pun melaju begitu saja.
Tingkah laku membuang sampah di tengah jalan di kota besar seperti Jakarta memang sering terjadi. Ironisnya, sebagian pelaku merupakan pengendara mobil-mobil mewah.
Perilaku tidak peduli pada lingkungan sekitar tersebut terbentuk dari kebiasaan sehari-hari di dalam keluarga. Beranjak dari lingkup terkecil itu, pendidikan dan perilaku menghargai lingkungan sebenarnya merupakan salah satu hal yang bersifat fundamental.
Psikolog dan pemerhati anak Seto Mulyadi mengatakan perilaku dan pendidikan menghargai lingkungan sekitar seharusnya diajarkan mulai dari keluarga dan diturunkan pada anak-anak. Pendidikan tersebut dimulai dari hal-hal yang sederhana misalnya mengajarkan anak untuk disiplin di dalam rumah.
Pendidikan lingkungan dari keluarga atau yang disebut dengan eco family, ujar Seto, mampu menumbuhkan kesadaran kolektif. Orang tua yang mengajarkan pada anaknya untuk peduli pada lingkungan akan lebih menghargai sekitarnya.
“Anak-anak yang memiliki kondisi keluarga baik akan lebih menghargai lingkungan sekitar mereka,” ujarnya.
SUASANA MENYENANGKAN
Psikolog yang sering dipanggil Kak Seto ini menguraikan pendidikan yang baik dibangun dari suasana yang menyenangkan dalam keluarga. Selain itu, pendidikan juga sebaiknya tepat untuk anak dan tidak menyamaratakan kemampuan dan minat anak.
Seto mencontohkan dalam mendidik anak seringkali orang tua masih memberlakukan kekerasan, misalnya menjewer atau berteriak pada anak. Padahal, perilaku tersebut akan membangkitkan trauma belajar pada anak-anak. Trauma tersebut bisa mempengaruhi perilaku pada mereka, sehingga anak-anak akan terkesan nakal di mata orang dewasa.
“Bila sudah ada anggapan seperti itu, saya yakin bukan anak yang salah, tetapi lingkungan pendidikan mereka yang salah,” ujar Seto.
Pendidikan yang baik pada anak-anak tidak harus dengan kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.
Pendidikan yang baik pada anak-anak tidak harus dengan kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.Seto menambahkan pendidikan pada anak bisa diterapkan dengan mangajak anak bekerja sama dibandingkan dengan memerintah. Misalnya, dalam pengenalan peduli pada lingkungan bisa diajarkan menghemat listrik, membuang sampah, atau mengajarkan anak membawa tas sendiri saat belanja.
“Pada dasarnya semua anak suka belajar, bila suasana belajar menyenangkan pasti mereka bisa menerima setiap pembelajaran,” imbuh Seto.