Bisnis.com, BRUSSELS - Kebijakan radikal Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mencegah deflasi di kawasan zona Euro, membuka kesempatan investor untuk mempelajari kondisi tersebut, sembari melirik pasar China dan Amerika Serikat.
Pasar global kini mengalihkan pengawasannya pada aktivitas investasi dan produksi industri di China, penjualan ritel AS, termasuk mempelajari indeks sentimen zona euro dan produksi industri serta angka pengangguran Inggris.
“Setelah semua kegembiraan minggu lalu, minggu mendatang mungkin akan jauh lebih tenang,” kata Frederic Neum, Co-Head Riset Ekonomi Asia di HSBC seperti dikutip Reuters, Senin (9/6/2014).
Dia mengacu rencana radikal ECB menangkis deflasi dan data AS yang menunjukkan kondisi pekerjaan kembali melambung ke puncak seperti seperti pra resesi Mei.
Meskipun Negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu telah bangkit, analis tidak mengharapkan Federal Reserve mengambil kebijakan menaikkan suku hingga tahun depan.
Penjualan ritel AS pada Mei 2014 diperkirakan meningkat 0,6% dari bulan sebelumnya yang melambat tajam menjadi 0,1%.
Sementara untuk China, para analis melihat negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu tengah mendapatkan momentum kebangkitan. Pertumbuhan diperkiranan bisa mencapai 8,8% tahun ini.
“China telah menjadi mesin pertumbuhan global dalam dekade terakhir, dan kegaduhan baru-baru ini telah menyebabkan kegelisahan di kalangan investor,” ujar Neum.
Investor juga akan mengamati data investasi perkotaan China, yang pertumbuhannya diperkirakan melambat menjadi 17,1% pada Mei dari 17,3% bulan sebelumnya.