Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komitmen Junta Militer Thailand Pacu Baht

Baht, mata uang Thailand, mencatatkan kinerja terbaiknya di antara nilai tukar lainnya di Asia pada pekan ini. Pasalnya, junta militer menegaskan komitmennya untuk melecut belanja demi membangkitkan ekonomi yang melambat.

Bisnis.com, KUALA LUMPUR—Baht, mata uang Thailand, mencatatkan kinerja terbaiknya di antara nilai tukar lainnya di Asia pada pekan ini. Pasalnya, junta militer menegaskan komitmennya untuk melecut belanja demi membangkitkan ekonomi yang melambat.

Indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar, tidak termasuk yen, menunjukkan laju stabil selama 1 pekan, mengimbangi kerugian setelah European Central Bank (ECB) memangkas suku bunga ke level negatif pada Kamis (5/6). Hal tersebut mengindikasikan adanya peluang mengalirnya aliran modal ke emerging market.

Semenjak mengambil alih kekuasaan Thailand, junta militer berjanji untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan investasi di wilayah sekitar garis perbatasan.

Rencananya, junta militer akan mempercepat implementasi rel ganda kereta api dan membangun daerah ekonomi khusus di dekat perbatasan antara Thailand dengan Malaysia, Myanmar, dan Laos. 

“Apresiasi baht memperlihatkan adanya persepsi positif terhadap upaya pemerintah Thailand yang baru ini dalam menstabilkan dan memperbaiki kondisi ekonomi,” kata Dariusz Kowalczyk, ekonom Credit Agricole CIB, Sabtu (7/6).

Berdasarkan data Bloomberg, baht terdongkrak hingga 0,9% pada minggu ini, kenaikan terbesar sejak Februari 2014, menjadi 32,56 per dolar di Bangkok. Adapun, peso Filipina naik 0,2% menjadi 43,65, rupiah merosot 1,4% menjadi 11.835 dan ringgit melaju stabil di posisi 3,21 pada Jumat (6/6).

Modal asing senilai US$521 juta tercatat mengalir ke pasar saham dan obligasi lokal Thailand pada pekan ini.

Selain berkomitmen untuk mempercepat implementasi proyek infrastruktur, junta militer juga berencana untuk membekukan beberapa harga produk konsumsi hingga 6 bulan mendatang. Kebijakan itu dilakukan untuk menahan kenaikan biaya hidup dan memacu kepercayaan konsumen.

Beberapa produk konsumsi dasar itu termasuk beras, minyak goring, makanan instan, susu, produk rumah tangga, dan pupuk.

Inflasi di Negeri Gajah Putih pada Mei sempat tumbuh ke level tertinggi selama 14 bulan yaitu 2,62% year-on-year (yoy) akibat kenaikan harga makanan dan energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper