Bisnis.com, JAKARTA— Sumatra Barat mengalami inflasi 0,10% pada Mei disebabkan naiknya harga sejumlah komoditi seperti bawang merah dan jengkol di kota Padang dan Bukittinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat inflasi di Kota Padang hanya 0,05% sementara di Bukittinggi inflasi mencapai 0,47%, sehingga inflasi Sumbar secara keseluruhan tercatat 0,10% pada Mei 2014.
“Inflasi disebabkan naiknya sejumlah harga komoditi seperti bawang merah, jengkol, dan wortel. Serta naiknya biaya kebutuhan lain,” kata Yomin Tofri, Kepala BPS Sumbar dalam rilis yang diterima Bisnis.com, Senin (2/6/2014).
Dia mengatakan secara umum, inflasi Sumbar terjadi karena adanya peningkatan harga pada 5 kelompok pengeluaran. Antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang meningkat 0,13%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,17%, dan kelomlok kesehatan sebesar 0,80%.
Lalu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,57%, dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,30%. “Dua kelompok lainnya justru deflasi,” kata Yomin.
Dua kelompok yang deflasi itu adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,28% dan kelompok sandang sebesar 0,12%.
Yomin menjelaskan bulan ini terjadi peningkatan harga sejumlah komoditas di kota Padang, a.l jengkol, bawang merah, ongkos angkutan udara, biaya sekolah dasar, telur ayam ras, ongkos bidan, wortel, tomat, biaya bimbingan belajar, dan minyak goreng. Sedangkan cabe merah yang salama ini menyumbang inflasi tinggi justru mengalami penurunan harga.
Di Bukittinggi terjadi lonjakan harga bawang merah, sewa rumah, rokok kretek, jeruk, keramik, minyak goreng, daging ayam ras, wortel, nasi dengan lauk, dan rokok putih.
Laju inflasi tahun kalender di Sumbar sebesar 0,92%, sedangkan laju inflasi year on year (yoy) 7,35%. Untuk Kota Padang laju inflasi tahun kalender 0,81% dan yoy 7,47%. Sementara Kota Bukittinggi laju inflasi tahun kalender 1,71% dan yoy 6,50%.