Bisnis.com, RIO DE JANEIRO – Pertumbuhan ekonomi Brasil pada kuartal I/2014 melambat akibat anjloknya investasi yang telah berlangsung selama 2 tahun terakhir.
Produk domestik bruto tertahan tumbuh 0,2%, lebih rendah dari kuartal IV/2014 yaitu sebesar 0,4%.
Adapun, 41 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mengestimasi 2,1% kejatuhan investasi pada kuartal pertama. Presiden Dilma Roussef kini sedang berjuang untuk membangun kembali kepercayaan para investor.
Di bawah kepemimpinan Roussef, negara dengan perekonomian terbesar di Amerika Latin tumbuh stagnan lambat. Inflasi tinggi yang terjadi juga dinilai akan menghambatnya untuk mencalonkan diri kembali pada Oktober mendatang.
“Kurangnya kepercayaan dan kepastian mengenai pemilihan umum mendatang mungkin telah menjadi hambatan tersendiri bagi investasi,” kata Carloss Kawall, ekonom Banco J Safra.
"Kurangnya kepercayaan dan ketidakpastian mengenai pemilu dan kemungkinan kekuatan penjatahan yang lagi menjadi hambatan dalam hal investasi," Carlos Kawall, kepala ekonom di Banco J. Safra, mengatakan melalui telepon. "Kami memiliki lebih banyak kesulitan di depan."
Bank sentral Brasil pekan lalu menyatakan akan mempertahankan tingkat suku bunga Selic Brasil 11%. Para analis yang disurvei secara mingguan oleh bank sentral berharap para pengambil kebijakan akan melanjutkan pengetatan pada tahun depan, seiring terakselerasinya inflasi.
Ekonom memangkas prediksi pertumbuhan Brasil pada tahun ini menjadi 1,8% dari estimasi sebelumnya yaitu 2,5%. Adapun inflasi diperkirakan akan berada pada titik 6,47% pada perhitungan akhir tahun.
Melihat indikator dasar ekonomi yang jatuh, Brazil dinilai berada dalam posisi rentan mengalami resesi. Hal tersebut disampaikan oleh Eudardo Giannetti, penasihat ekonomi kandidat capres oposisi.
“Anjloknya investasi amat mengkhawatirkan. Saya tidak akan terkejut Brazil tahun ini mengalami resesi,”
Inflasi yang terjadi di Brazil pada 4 bulan pertama tahun ini, telah bertahan tinggi selama 10 bulan di posisi rata-rata 6,13%. Faktor pendorong inflasi tertinggi adalah sektor pendidikan, kesehatan, dan harga perumahan yang meningkat. Adapun bank sentral menargetkan inflasi sebesar 4,5%.
Para analis yang disurvei oleh Bloomberg mengestimasi inflasi akan tertahan 6,47% hingga akhir tahun. Selain itu, PDB diprediksikan akan tumbuh kurang dari 2% pada tahun ini dan tahun depan.