Bisnis.com, JAKARTA—Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengemukakan kesaksian mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) di Pengadilan Tipikor Jakarta lebih mengungkap pengakuan bersalah oleh Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Boediono dalam menangani Bank Century.
Menurut Bambang, dalam pertemuan mendadak dengan JK pada 25 Nov 2008, baik Sri Mulyani maupun Boediono sebenarnya sudah mengaku ada yang salah dalam menangani Bank Century.
Keduanya pun tidak bisa lagi mengendalikan ekses dari penyelamatan Bank Century karena bantuan pinjaman sementara yang dikucurkan langsung membengkak dari Rp632 miliar sebagaiman disetujui sebelumnya menjadi Rp2,7 triliun hanya dalam waktu 2 hari.
“Bentuk pengakuan bersalah lainnya tampak jelas dari jawaban Boediono, ketika JK bertanya ‘kenapa Anda [Boediono] keluarkan ini? Apa yang salah? Saat itu, Boediono hanya bisa menjawab dana bailout diambil oleh pemilik Bank Century,” ujar Bambang, Kamis (8/5/2014).
Menurut Bambang, kalau demikian maka pertanyaan kritisnya adalah kalau bank itu dirampok sendiri oleh pemiliknya kenapa negara yang harus menanggung.
Fakta menarik lainnya adalah ketika Boediono bertanya kepada JK tentang dasar hukum untuk menjerat Robert Tantular. Secara psikologis, jawaban dan pertanyaan Boediono yang merefleksikan perasaan bersalah karena upaya KSSK dan BI menyelamatkan Bank Century malah berbuah ekses.
Selain itu, kesaksian JK mengungkap inkonsistensi KSSK-BI tentang alasan utama mem-bailout Bank Century. Kepada JK, Boediono menjawab bailout dilakukan karena Robert Tantular mengambil uang dari Century.
Namun, pada kesempatan lain, Boediono dan SMI mengemukakan ancaman krisis ekonomi sebagai alasan utama mem-bailout Century. "Di sinilah terlihat inkonsistensi Boediono-Sri Mulyani,” ujar Bambang.
Dengan demikian, anggota timwas DPR untuk kasus Bank Century itu menyimpulkan Sri Mulyani ingin menyeret JK ke dalam pusaran ekes itu.
Caranya adalah dengan mengaku telah mengirim pesan singkat (SMS) mengenai penetapan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik kepada JK. Namun, SMI tak bisa membuktikan SMS yang dikirimkannya tersebut.
Menurut saya, pengakuan itu patut dilihat sebagai kebohongan yang bermotif melimpahkan masalah ke pundak JK. "Padahal, JK dari awal tidak pernah dilibatkan," ujar Bambang.