Bisnis.com, SURABAYA -- Badan Usaha Milik Daerah Jawa Timur, Wira Jatim Group, disarankan menggali sumber pendanaan swasta dan tidak hanya mengandalkan pemerintah untuk mengembangkan lini usaha baru.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo menguraikan Wira Jatim Group merupakan gabungan dari berbagai perusahaan daerah dan sudah berkembang baik. Namun, diharapkan perusahaan mampu masuk industri baru seperti jasa yang potensinya besar.
"Banyak kesempatan di jasa, tinggal dibicarakan dengan komisaris. Polanya bisa business to business," saran Soekarwo soal pengembangan usaha seusai RUPS Wira Jatim, Selasa (6/5/2014).
Menurut Soekarwo, perusahaan daerah bisa menjajaki kerja sama bisnis dengan swasta untuk pengembangan bisnis baru. Sehingga modal tidak hanya mengandalkan suntikan dana pemerintah.
Wira Jatim Group saat ini membawahi 13 perusahaan, di antaranya PT. Unit Pabrik Karet Ngagel, PT. Kasa Husada, PT. Gedung Expo Wira Jatim, PT. Puri Panca Pujibangun dan PT Loka Refractories. Kelima perusahaan tersebut berkontribusi 77% terhadap pendapatan grup.
Total pendapatan konsolidasi Wira Jatim Rp174 miliar per 2013. Dari pendapatan tersebut laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax/EBIT) Rp19,1 miliar.
Adapun grup membukukan laba bersih Rp14,2 miliar. Dari jumlah tersebut Rp5,8 miliar dibagi ke pemegang saham dan Rp8,3 sebagai cadangan umum.
Komisaris Wira Jatim Group Deddy Suhajadi menilai lini bisnis jasa memang berprospek bagus, di antaranya yang bisa digarap sektor pengangkutan, kawasan industri maupun perhotelan. Meski demikian, belum diputuskan bisnis baru apa yang hendak dimasuki grup.
Direktur Utama Wira Jatim Group Arif Afandi menguraikan sejumlah usaha jasa dimasuki perseroan tahun ini, di antaranya kawasan pergudangan. Bisnis baru tersebut berada di kawasan SIER di lahan 1,4 hektare dengan luas bangunan 0,8 hektare.
"Target dua bulan lagi beroperasi dan sudah ada yang kontrak menggunakan. Nilai investasi fasilitas itu Rp17 miliar," urainya.
Selain membangun gudang, grup juga membangun hotel senilai Rp22 miliar di kawasan Tunjungan. Akomodasi wisata 48 kamar tersebut ditargetkan beroperasi tahun ini.
"Kami juga investasi lebih dari Rp20 miliar untuk refractoring guna mendukung industri smelter," tambahnya soal pengembangan di bidang industri pendukung nonjasa.
Arif menguraikan nilai investasi pada 2014 mencapai Rp62 miliar dan 68% dari dana tersebut berasal dari eksternal.
Selain mengembangkan lini usaha yang potensial, Arif melanjutkan, ada rencana mengubah bisnis berkategori senja. Pabrik pembuatan es sebagai misal, lini bisnisnya akan diarahkan menjadi pembuatan air minum dalam kemasan.
Menurutnya, penataan juga dilakukan di aset nonproduktif. Pasalnya, dari aset Rp500 miliar yang dikelola perusahaan hanya 64% yang produktif.
Oleh karena itu, lanjut dia, grup sedang menjajaki kerja sama pengembangan kawasan Bandara Juanda. Sehingga bila kerja sama terjadi aset di daerah lain bisa dialihkan ke aset baru yang produktif.
"Teknisnya bisa dijual atau diusahakan bersama. Tapi yang jelas kami akan masuk bisnis-bisnis baru," tegasnya.