Bisnis.com, JAKARTA—Tradisi perpecahan di kalangan pemimpin politik partai berbasis Islam memunculkan kekhawatiran empat partai peserta Pemilu 2014 tersebut tersingkir di pentas politik nasional.
Demikian dikemaukana oleh pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti dalam diskusi bertema “Persaiangan Capres dan Cawapres pada Pemilu 2014” di Gedung MPR, Senin (24/3/2014). Selain Ikrar, turut menjadi nara sumber pada diskusi itu Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari dan pengamat psikologi politik dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk.
“Partai (berbasis) Islam identik dengan perpecahan. Kita melihat bagaimana Masyumi pecah menjadi beberapa partai termasuk Persis dan NU,” ujarnya. Menurutnya perpecahan itu tidak terjadi pada pemilu 1955 saja, namun juga pada beberapa pemilu berikutnya.
Ikrar merujuk pada kerasnya persaingan menjelang Pemilu 1999 saat Partai Amanat Nasional (PAN) yang dimotori Amien Rais tidak mendapat dukungan dari kalangan Nahdatul Ulama (NU). Demikian pula sebaliknya ketika Partai Kebangkitan Bangsa tidak mendapat dukungan sejumlah partai berbasis Islam pada pemilu-pelimu berikutnya sehingga membuat suara partai itu kian melorot.
“Ego para pemimpin Islam jauh lebih tinggi dibandingkan partai berbasis massa nasionalis,” ujarnya menegaskan. Namun demikian dia menyayangkan kalau representasi partai Islam menjadi hilang dalam pentas politik nasional karena hal itu tidak eleok dalam kehidupan berbangsa.
Sementara itu, melihat persaingan capres pada Pemilu 2014, Hamdi Mulk menilai dua kubu diperkirakan akan bersaing ketat, yakni kubu Joko Widodo (Jokowi) dari PDIP dan kubu Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Dia menilai secara psikologi politik, akan sulit mempertemukan chemistry kedua partai sehingga peluang terbesar adalah kedua kubu akan bersaing pada Pemilu 2014.
Sedangkan untuk koalisi pasangan capres dan cawapres, Hamdi menilai peluang yang sangat terbuka adalah kolaisi PDIP dan Golkar mengingat Golkar lebih bersifat pragmatis dan mudah menyesuaikan diri dengan partai lain. Hanya saja semua peluang itu akan sangat tergantung pada hasil pemilu legilslatif yang akan berlangsung pada 9 April mendatang, ujarnya.